REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri bersama Mandiri Sekuritas menggelar Mandiri Investmen Forum (MIF) 2017. Hal itu bertujuan untuk mendorong investasi swasta agar perekonomian nasional terus tumbuh.
Ajang ini dihadiri oleh sekitar 600 investor dalam dan luar negeri. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Ekonomi Darmin Nasution, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno pun turut hadir dalam acara yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu, (8/2).
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, tujuan utama dari MIF adalah menjembatani kebutuhan informasi investor dan regulator dalam menentukan kebijakan terbaik. Demi meningkatkan arus investasi di Indonesia.
"Event ini menjadi kesempatan tepat di mana seluruh regulator stalkeholder di bidang investasi akan duduk bersama untuk menjawab berbagai keraguan investor untuk menempatkan asetnya di Indonesia. Kami berharap daat menghasilkan imbas signifikan pada penyempurnaan iklim investasi di Tanah Air," ujarnya, di Jakarta, Rabu, (8/2).
Melalui acara tersebut, Bank Mandiri melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara perseroan dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Hal itu untuk membantu meningkatkan investasi pada industri kreatif.
"Kami menyadari industri kreatif domestik, terutama inovasi pemanfaatan teknologi informasi memiliki potensi bisnis sangat besar dan mampu bersaing di tingkat internasional. Maka, mereka perlu terus didukung sehingga dapat menjadi magnet bagi para investor yang tertarik pada bisnis ini," jelas Kartika.
Dalam kajian terbarunya, tim ekonom Mandiri Group menyatakan Indonesia perlu meningkatkan pertumbuhan investasi dalam jangka menengah untuk melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi yang terlihat sejak paruh kedua tahun lalu. Pasalnya, keterbatasan anggaran pemerintah dalam membiayai seluruh investasi terutama infrastruktur.
Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2017, pemerintah telah mengalokasikan kenaikan anggaran infrastruktur menjadi sekitar Rp 387 triliun, atau Rp 70 triliun lebih tinggi dibandingkan APBNP 2016. Hanya saja, kebutuhan investasi sektor infrastruktur diprediksi mencapai sekitar Rp 1.000 triliun per tahun.
Tim Ekonomi Mandiri Group berpendapat, peluang peningkatan investasi swasta (domestik dan asing) di Indonesia masih besar. Apalagi jika merujuk pada data terbaru seperti pertumbuhan investasi asing yang kembali positif di 2016 setelah mengalami kontraksi sejak kuartal IV 2014 sampai kuartal III 2015.