Senin 02 Dec 2024 13:05 WIB

Ekonom Nilai Perlu Ada Evaluasi Kebijakan untuk Jaga Inflasi

Inflasi sebesar 1,55 persen terbilang kecil.

Pedagang sayuran melayani pembeli di Pasar Palmerah, Jakarta, Selasa (11/6/2024). Badan Pusat Statistik mencatat indeks harga konsumen pada November 2024 mengalami inflasi 0,3 persen.
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang sayuran melayani pembeli di Pasar Palmerah, Jakarta, Selasa (11/6/2024). Badan Pusat Statistik mencatat indeks harga konsumen pada November 2024 mengalami inflasi 0,3 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Bhima Yudhistira menilai perlu ada suntikan stimulus dan evaluasi kebijakan untuk menjaga tingkat inflasi. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tercatat sebesar 1,55 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada November 2024, melandai dari capaian Oktober sebesar 1,71 persen yoy.

“Harus segera diberikan stimulus dan pemerintah harus membatalkan kebijakan seperti PPN 12 persen dan kenaikan iuran BPJS Kesehatan yang akan dibebankan ke kelas menengah bawah pada tahun 2025,” kata Bhima saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin (2/12/2024).

Baca Juga

Menurut Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) tersebut, inflasi sebesar 1,55 persen terbilang kecil. Angka ini mengindikasikan permintaan konsumsi rumah tangga masih melambat.

Padahal, catatan tersebut merupakan capaian bulan November yang mendekati akhir tahun, yang umumnya terjadi kenaikan harga secara musiman akibat Natal dan Tahun Baru.

“Harusnya tiket maskapai serta transportasi darat dan laut mengalami kenaikan. Ternyata subsektor transportasi inflasinya hanya 0,03 persen yoy, masih kecil,” ujarnya.

Meski ada penurunan harga tiket pesawat, menurut Bhima, kebijakan itu tidak bisa menjelaskan kinerja transportasi lainnya. Bila permintaan transportasi darat dan laut meningkat, seharusnya terjadi inflasi yang lebih tinggi.

Artinya, lanjut dia, ada kegentingan dari sisi tekanan daya beli masyarakat. Bila kondisi inflasi yang rendah ini terus berlanjut, dikhawatirkan ekonomi akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Bahkan, target pertumbuhan ekonomi 5 persen pada kuartal IV 2024 terbilang cukup menantang untuk dicapai.

“Sekarang tantangan yang terbesar adalah jangan sampai inflasi yang rendah berbalik meningkat bukan karena disebabkan kenaikan daya beli masyarakat, tetapi disebabkan kebijakan fiskal yang mendorong harga-harga barang dan jasa yang meningkat signifikan tahun depan. Ini yang harus dijaga pemerintah,” tuturnya.

Meski inflasi tahunan melambat, inflasi bulanan tercatat meningkat, yakni sebesar 0,30 persen (month to month/mtm) dari sebelumnya 0,08 persen mtm pada Oktober. Sementara inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,12 persen (year to date/ytd).

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement