REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (30/1) sore bergerak menguat sebesar 58 poin menjadi Rp 13.302 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.360 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova, mengatakan bahwa data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal empat 2016 yang di bawah estimasi menjadi salah satu faktor yang menekan dolar AS. "Mata uang dolar AS yang bergerak melemah mengindikasikan ekonomi di Amerika Serikat masih belum membaik sehingga situasi itu direspon negatif oleh pelaku pasar," katanya.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS kuartal empat berada di level 1,9 persen, pertumbuhannya di bawah estimasi pasar yang sebesar 2,1 persen. Ia mengatakan bahwa PDB Indonesia 2016 yang sedianya akan dirilis dalam waktu dekat ini diproyeksikan berada di level 5 persen, diharapkan sesuai ekspektasi sehingga menjaga laju rupiah. "Kinerja ekonomi domestik yang positif akan menjaga kinerja nilai tukar rupiah menjadi solid," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa data ekonomi AS yang di bawah estimasi pasar turut berimbas pada imbal hasil Treasury AS yang turun sehingga berdampak pada kinerja dolar AS. Namun, kata dia, dolar AS masih berpotensi berbalik arah menyusul prediksi terhadap data belanja personal dan penjualan rumah di AS yang positif. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.335 dibandingkan Jumat (27/1) Rp 13.359.