Ahad 29 Jan 2017 18:22 WIB

Perdagangan RI dengan Uni Eropa Dinilai Lebih Untung Dibanding TPP

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hubungan perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa dinilai jauh lebih positif dibandingkan hubungan perdagangan dengan wilayah negara lain. Kerja sama tersebut seperti Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA)

"Menurut saya IEU-CEPA lebih prospektif kalau dibandingkan dengan TPP," ujar Ekonom Senior Indef Eko Listianto kepada Republika.co.id, Ahad (29/1).

Hal tersebut didasarkan pada sangat jauhnya daya saing Indonesia dari negara-negara anggota TPP. Sementara dengan UE, Indonesia mendapatkan surplus signifikan. Ia mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2016 ekspor non-migas Indonesia sebesar 14,41 miliar dolar AS. Sedangkan impornya hanya 10,66 miliar dolar AS.

Ada beberapa kelebihan lain yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk terus mendapat surplus dari kerja sama tersebut. Keputusan keluarnya Inggris dari UE (Brexit) membuat UE akan berpikir ulang karena akan adanya penetapan tarif dengan negara tersebut. Hal tersebut diakui Eko bisa dimanfaatkan Indonesia.

Begitu juga dengan posisi Indonesia yang hadir menjadi kawan berdagang bagi Inggris. Meski secara teknologi UE dan Indonesia jauh berbeda, tetapi UE memiliki kelemahan demografi. Penduduk UE saat ini berada di usia tua sehingga mereka mengatasinya melalui penerapan teknologi.

Sebaliknya, meski penguasaan teknologi di tanah air kurang, tetapi Indonesia memiliki keuntungan komoditas dan demografi. Itu artinya dengan hubungan yang baik tidak memungkinkan akan terjadinya transfer teknologi dari UE ke Indonesia. Misalnya, ekspor komoditi coklat yang selama ini dilakukan Indonesia ke UE, ke depannya UE bisa melakukan produksi di tanah air, meski tetap mempertahankan merk dagang Eropa. Apalagi Indonesia merupakan pasar yang besar.

"Tapi mereka juga butuh kualitas masyarakat setara UE," katanya. Itu artinya, Indonesia perlu meningkatkan daya saing dan produktifitas.

"Dengan manapun Indonesia berdagang akan menguntungkan. Asalkan, Indonesia mampu meningkatkan daya saing yang diakuinya semakin rendah," kata dia.

Selain besarnya prospek kerja sama perdagangan dengan UE dibandingkan TPP, ada kekhawatiran lain jika Indonesia turut bergabung dalam TPP. Berkaca dari kedekatan perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat Indonesia berperan sebagai pasar. Sebab, daya saing Indonesia dinilai belum siap dibanding negara anggota lainnya. "MEA, banyak impor dari Cina," ujarnya.

Tahun lalu, ia mengatakan berdasarkan data BPS, impor dari Cina dua kali lipat dari ekspor, sebesar 30 miliar dolar AS. Sedangkan ekspor ke Cina hanya 15 miliar dolar AS.

Baca juga: TPP Batal, Indonesia Bidik Kerja Sama Dagang ASEAN+6 dan Eropa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement