REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebutkan masih menunggu kebijakan kongkret dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini setelah pekan ini Trump memilih untuk mencoret nama AS dari anggota Trans-Pacific Partnership (TPP) atau Perjanjian Perdagangan Trans-Pasifik.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Juda Agung mengatakan, langkah AS untuk keluar dari TPP sebetulnya senada dengan pernyataan Trump sejak kampanye hingga terpilih sebagai presiden. Ia memilih untuk menunggu langkah Trump selanjutnya, plus keputusan negara-negara anggota TPP lainnya seperti Malaysia, Brunei, dan Vietnam.
"Kita juga bukan anggota TPP. Ini belum jelas kebijakan perdagangan (Trump) yang eksplisit. Tone dari trump memang masih sama seperti kampanye," kata Juda di kantor Bank Indonesia, Rabu (25/1).
Selain itu, Juda juga menilai pasar memiliki batasan-batasan defisit dan persentase utang dari publik. Ia menilai, bila banyak negara melakukan hal yang sama seperti AS yakni sikap proteksionisme maka akan berpengaruh pada volume perdagangan dunia.
"Dulu kalau membuat produk lewat supply chain. Sekarang, AS labour-nya dari dia, penggunaan bahan baku dari dia, tentu saja ini perdagangan akan turun. Ini jadi perhatian kita bersama," katanya.
Juda juga menilai penting adanya peningkatan perlindungan perdagangan di level regional sehingga di level inter-regional perdagangan global bisa bertahan atas proteksionisme AS. "Artinya di regional Asia ini perlu ditingkatkan perdagangan intraregional yang jadi agenda kita ke depan," katanya.