REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BNI Syariah memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan sebesar 20 persen year on year (yoy).Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah, Kukuh Raharjo mengatakan, target tersebut naik 2 persen dari capaian di akhir tahun 2016, yang tumbuh sekitar 18 persen (yoy).
"Target 2017 sebesar 20 persen, didorong oleh sektor ritel dan komersial," ujar Kukuh pada Republika, Rabu (18/1).
Sementara sektor konsumer akan menopang pertumbuhan pembiayaan untuk menjaga pencapaian target perseroan. Dari sebanyak Rp 22 triliun portofolio pembiayaan selama 2016, sebanyak 53 persen pembiayaan tersebut disalurkan ke sektor konsumtif, sedangkan sektor komersial sebesar 47 persen.
Pada tahun ini, perseroan akan mengubah komposisi pembiayaan menjadi 50 persen sektor konsumer dan 50 persen komersial. "Komposisinya diubah untuk pengembangan sektor riil," kata Kukuh.
Sementara sektor properti masih merupakan sektor dengan portofolio terbesar di segmen konsumer, yaitu sebesar 87 persen. "Griya ib tumbuh Rp 1,55 triliun di 2016 dan target 2017 sekitar Rp 1,8 triliun," ungkap Kukuh.
Dari sisi pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF), perseroan dapat menjaga di kisaran 2,95 persen (yoy) per akhir tahun 2016. "Tahun ini kami proyeksikan NPF masih di kisaran seperti tahun lalu, 3,00-3,10 persen," kata Kukuh.
Sektor penyumbang NPF terbesar di tahun lalu masih didominasi sektor tambang dan migas. Kendati begitu, secara keseluruhan ia menyebutkan bahwa sektor yang mendorong kenaikan NPF relatif merata.