REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham-saham di Wall Street berakhir sedikit lebih rendah setelah bergerak dalam kisaran ketat pada Selasa (17/1) atau Rabu (18/1) pagi WIB. Pergerakan pasar saham Amerika Serikat (AS) ke arah negatif ini karena para pelaku pasar mempertimbangkan pernyataan-pernyataan dari Perdana Menteri Inggris Theresa May tentang kelanjutan rencana Inggris keluar dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan istilah Brexit.
Indeks Dow Jones Industrial Average berkurang 58,96 poin atau 0,30 persen menjadi ditutup pada 19.826,77 poin. Indeks S&P 500 mengalami penurunan 6,75 poin atau 0,30 persen menjadi berakhir di 2.267,89 poin, dan indeks komosit Nasdaq turun 35,39 poin atau 0,63 persen menjadi 5.538,73 poin.
May mengatakan, pada Selasa (17/1) dalam sambutan tersulitnya selama ini bahwa Inggris akan meninggalkan pasar tunggal Eropa, membatasi akses ke negara dengan warga negara Uni Eropa dan mengakhiri yurisdiksi Inggris dari Pengadilan Eropa (ECJ). May mengatakan, ia ingin Inggris tetap sebagai 'sahabat dan tetangga' bagi Eropa, tetapi juga menjangkau ke seluruh dunia sebagai negara perdagangan global, hingga ke negara-negara seperti Tiongkok, Brazil dan negara-negara Teluk.
Namun demikian, dia menambahkan pemerintah Inggris Raya akan membawa kesepakatan Brexit yang disetujui bersama Uni Eropa ke pemungutan suara di parlemen.
Para analis mengatakan bahwa pidato May diperkirakan akan menjadi bencana, tapi ia telah berhasil mengelola ekspektasi itu dan menyampaikan pidatonya dengan sangat baik.