Selasa 17 Jan 2017 00:16 WIB

Harga Cabai di Lampung Tembus Rp 80 Ribu per Kg

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Budi Raharjo
Pedagang menyortir cabai rawit di Pasar Senen, Jakarta, Ahad (13/3).
Foto: Republika/ Wihdan
Pedagang menyortir cabai rawit di Pasar Senen, Jakarta, Ahad (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Para pedagang makanan mulai merasakan beratnya membeli cabai rawit dan merah untuk kebutuhan dagangan makanannya. Harga cabai rawit di pasar tradisional Kota Bandar Lampung naik lagi Rp 10 ribu menjadi Rp 80 ribu per kg, sedangkan cabai merah masih di kisaran Rp 60 ribu – Rp 65 ribu per kg.

Pantauan Republika di Pasar Induk Tamin Bandar Lampung, Senin (16/1), harga cabai rawit mengalami lonjakan yang sangat tinggi dalam beberapa pekan terakhir. Pada awal 2017, harga cabai rawit Rp 50 ribu per kg, pada pertengahan Januari 2017 sudah menembus harga Rp 80 ribu per kg.

“Kalau cabai rawit harganya bergerak cepat setiap minggunya. Saya juga tidak tahu, katanya petani banyak yang gagal panen cabai,” kata Suparmin, pedagang bahan pokok rumah tangga di Pasar Induk Tamin.

 

Kenaikan harga cabai rawit melebih harga cabai merah. Biasanya, ungkap dia, harga cabai merah lebih mahal dari cabai rawit, karena kebutuhan cabai merah industri makanan dan rumah tangga melebihi kebutuhan cabai rawit.

Menurut Nisa, pedagang nasi uduk dan lontong sayur di Sumber Agung, harga cabai rawit yang mahal membuatnya kesulitan untuk menjual dagangannya. Pasalnya, harga cabai rawit Rp 80 ribu per kg, tidak sebanding dengan harga juga nasi uduk dan lontong sayurnya.

“Harga nasi uduk dan lontong sayur tetap Rp 5.000 per porsi, tapi harga cabai rawit sudah Rp 80 ribu per kg. Pembeli tidak mau tidak, harus pakai sambel yang banyak,” ujarnya.

Ia terpaksa menyiasi tingginya harga cabai dengan mencampurnya dengan tomat, agar kelihatan banyak dan merah, meskipun rasanya tidak terlalu pedas lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement