REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina bakal menghadapi lebih banyak tekanan dan masalah dalam bidang perekonomian pada tahun 2017. "Dengan perubahan politik dan tantangan untuk aturan ekonomi menambahkan ketidakpastian lebih lanjut untuk prospek global," ujar Perdana Menteri Cina Li Keqiang.
Dilansir dari Reuters, Senin (16/1), pada pertemuan yang diadakan di Beijing pada hari Jumat (13/1), Li mengatakan Cina akan memastikan perekonomian negara tersebut berjalan lancar dan akan meningkatkan kualitas dan efisiensi pertumbuhan, menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan di situs web pemerintah, Ahad (15/1).
Investor global berdebat apakah para pemimpin Cina akan menerima pertumbuhan yang lebih sederhana tahun ini. Apalagi di tengah kekhawatiran tentang risiko yang timbul dari kebijakan stimulus utang yang didorong oleh obsesi politik dalam upaya memenuhi target resmi.
Pemerintah mengatakan pada awal Januari ini bahwa pertumbuhan ekonomi Cina diprediksi bisa melambat menjadi 6,5 persen pada tahun ini dari sekitar 6,7 persen pada 2016. Sementara kinerja sektor industri berpotensi tumbuh 5,9 persen, turun dari perkiraan 6,1 persen pada 2016.
Badan Kepabeanan Cina mengatakan akan sulit untuk memacu perdagangan luar negeri pada tahun ini. Terutama jika presiden terpilih AS Donald Trump melakukan perubahan politik besar melalui dengan melakukan proteksionis skala besar.
Saat masa kampanye, Trump melabelkan Cina sebagai manipulator mata uang dan mengancam akan mengenakan tarif tinggi pada barang-barang Cina.