Sabtu 14 Jan 2017 01:57 WIB

Kenaikan Harga Cabai untuk Kompensasi Petani

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Cabai merah
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Cabai merah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jendral Holtikultura, Spundik Sujono, mengatakan kenaikan harga cabai saat ini merupakan kompensasi bagi petani yang sempat merugi pada November tahun lalu. Harga yang anjlok dan produksi yang berlimpah saat itu memaksa para petani harus menjual murah hasil panennya.

Spundik sempat bertemu beberapa petani pada dua pekan lalu di beberapa daerah. Ia tak menampik jika kenaikan harga saat ini menjadi momen para petani meraup untung. Meskipun disatu sisi kondisi cuaca yang tak menentu membuat produksi pada Desember Januari sempat terganggu.

"Saya disetiap lokasi bertemu, mengapa harga cabai Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu, dia jawab harga di Jakarta mahal, kenapa kami tidak boleh, karena sebelumnya jual Rp 10 ribu, jadi untuk tutup kerugian. Jadi itu suara petani," ujar Spundik di Kantor Dirjen Hortikultura, Jumat (13/1).

Namun di satu sisi, Spundik menjelaskan harga rata rata di petani di pulau Jawa hanya menginjak harga Rp 50.000 hingga Rp 60.000. Ia menilai semestinya harga di pasaran tak mencapai Rp 100.000. Meski begitu, angka tersebut bagi petani cukup bisa membuat keuntungan untuk mengganti kerugian pada tahun lalu.

"Saya jelaskan BEP rawit Rp 12.000 bisa jadi cuaca buruk menjadi Rp 15.000, kemudian yang harusnya petani menikmati bahkan mereka menyampaikan untuk menikmati dulu," ujar Spundik.

Ia mencoba membuat skema jika harga cabai di petani Rp 60.000 ditambah dengan pengiriman melalui pesawat Rp 8.000 per kilogram dan harga risiko Rp 2.500 maka harga jual bisa mencapai Rp 70.500. Ia menambahkan jika sampai pada tangan konsumen dengan dengan ditambah keuntungan 10 persen maka harga tak lebih dari Rp 85.000 per kilogram.

"Makanya itu yang harus dikontrol, itu yang kemudian dihitung pedagang gerobak kan beli tidak banyak dan itu jual tidak terkontrol, itu yang dikonversi beli 5.000 hanya dapat beberapa biji," ujar Spundik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement