REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan pembangkit listrik di Indonesia dinilai sudah seharusnya memikirkan alih konsep dari penggunaan batu bara menjadi gas atau energi bersih. Kalau hal tersebut tidak dilakukan maka sejumlah kegagalan akan terus terjadi di masa mendatang.
Hal tersebut disampaikan oleh Aryani Novita dari Golden Equator Capital. Ia menilai isu persoalan lingkungan dan tekanan internasional terhadap pembatasan emisi sudah menjadi pembahasan yang harusnya diperhatikan secara serius oleh Indonesia.
''Itu berarti, pola pikir kita dan manajemen tender kelistrikan yang terkait dengan independent power producer (IPP) harus diubah juga,'' katanya dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (12/1).
Aryani menjelaskan orientasi berbasis lingkungan itu sesungguhnya menjadi bagian kesepakatan yang telah dilahirkan pada Konferensi Para Pihak (Conference of Parties-COP 21) di Paris. ''Hal ini harusnya sudah menjadi keharusan,'' ujarnya.
Pergantian ke energi bersih, kata dia, harus segera dilakukan mengingat hal ini berkaitan erat dengan persyaratan yang diwajibkan oleh pemberi pinjaman. Setiap proyek pembangkit listrik, lanjutnya, harus didukung oleh bankability supaya pemberi pinjaman bersedia mengucurkan dananya.
''Isu bankability ini tidak sederhana, complicated, dan merupakan fenomena gunung es. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi supaya suatu proyek pembangkit mempunyai bankability,'' paparnya.