REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution belum mau banyak berkomentar untuk menanggapi pidato Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam konferensi pers pertamanya sebelum pelantikan. Darmin menyebutkan, secara prinsip Indonesia tidak bersaing secara tidak sehat dengan AS, khususnya dalam hal perekonomian.
Darmin memilih untuk menunggu pidato pelantikan Trump yang secara rinci akan menjelaskan kebijakan ekonomi AS ke depan "Saya belum tahu gimana-gimananya. Selain itu, pernyataan (Trump) apakah sudah rinci atau belum? Prinsipnya, kita tidak bersaing loh dengan AS," jelas Darmin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (12/1).
Dalam paparan perdananya ini, Donald Trump sebetulnya tidak terlalu merinci kebijakan ekonomi yang akan ia jalankan ke depan. Namun, dia sempat menyinggung komitmen untuk mendorong industri di AS membangun pabrik mereka di dalam negeri AS, alih-alih di luar negeri.
Sejumlah pabrikan otomotif yang ia singgung menyatakan niatnya membangun pabrik di AS dan menyerap tenaga kerja AS adalah Fiat dan Ford. Ia secara terbuka mengungkapkan terima kasihnya kepada dua pabrikan tersebut.
Namun, per hari ini isi pidato Trump ini memberikan imbas atas melemahnya laju dolar AS dan berimbas pada pelemahan pasar obligasinya.
Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, menyebutkan bila laju dolar AS melemah maka rupiah dapat bergerak positif dan pasar obligasi pun dapat memanfaatkan kondisi ini untuk kembali menguat. Penguatan laju pasar obligasi masih terpengaruh dengan kenaikan rupiah.
Sebelumnya laju pasar obligasi masih bergerak positif meski cenderung terbatas seiring aksi beli pelaku pasar yang juga masih terbatas. Namun, sebelumnya pelaku pasar juga cenderung menahan diri jelang pidato pertama Donald Trump sebagai Presiden AS.