Selasa 10 Jan 2017 17:51 WIB

Warga NTB Diimbau tak Panik Soal Harga Cabai

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang buruh tani memanen cabai rawit
Foto: Antara
Seorang buruh tani memanen cabai rawit

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB Putu Sally Andayani mengatakan, sistem penyaluran cabai di Nusa Tenggara Barat (NTB) berjalan lancar. Begitu juga dengan ketersediaan stok cabai yang dirasa masih mencukupi untuk konsumsi masyarakat NTB.

Ia menerangkan, kenaikan harga cabai di NTB tak lepas dari gonjang-ganjing kenaikan harga yang terjadi di luar NTB, terutama di Pulau Jawa. "Karena harganya (di sini) bagus jadinya diambil sama daerah lain," ungkapnya di Mataram, NTB, Selasa (10/1).

Ia menuturkan, harga cabai sudah sempat turun pada kemarin yang sebesar Rp 90 ribu per kilogram (kg). Namun akibat masifnya pemberitaan, banyak pengepul dan pedagang di Lombok yang 'latah' menaikan harga hingga Rp 115 ribu per kg pada Selasa (10/1).

Dia memaparkan, banyak yang mencari keuntungan pribadi atas melonjaknya harga cabai di luar NTB. Sally mengatakan operasi pasar bukan menjadi jalan keluar utama atas kenaikan harga cabai. Operasi pasar menunjukkan pemerintah peduli terhadap keresahan yang terjadi di masyarakat. Meski begitu, tidak serta merta mampu menurunkan harga cabai.

"Harga tetap naik, sekarang di harga Rp 115 ribu per kg, tadi kita sudah pantau di tiga pasar di Kota Mataram, itu sudah naik, ternyata itu solusinya bukan dengan OP (operasi pasar)," paparnya

Sally mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak panik lantaran ketersediaan yang cukup di NTB.  Ia juga berencana membuat inovasi untuk mendata ketersediaan, distribusi, dan lokasi pengiriman secara akurat melalui program e-commerce. Dengan sistem tersebut akan memudahkan hubungan antara penjual dan pembeli cabai baik di dalam maupun luar daerah.

"Misal dari (Pulau) Jawa mau beli sekian ton, ada datanya, sekarang kan disembunyikan. Lihat di TV dia latah ikut naikan, padahal stok ada," lanjutnya.

Selain itu, dia juga menyoroti cukup masifnya pengiriman cabai dari Lombok ke luar daerah, bahkan dengan menggunakan moda transportasi pesawat dengan biaya ongkos kirim hanya Rp 6 ribu per kg. Menurutnya, hal ini bukan menjadi masalah. Namun dia ingin memastikan pengiriman ke luar daerah tidak melampaui batas, bahkan cenderung mengabaikan pasar di daerah sendiri.

"Ada maskapai yang angkut cabai, itu yang akan kita cek dengan Dinas Perhubungan. Seharusnya dibatasi biar tidak over karena disini kan pada resah," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement