Ahad 08 Jan 2017 20:29 WIB

Peternak Sapi Perah Lokal Diminta Pacu Produksi

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nur Aini
Pekerja memerah susu sapi di peternakan sapi perahan di kawasan Mampang, Jakarta, Selasa (15/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja memerah susu sapi di peternakan sapi perahan di kawasan Mampang, Jakarta, Selasa (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta kepada para peternak sapi perah di dalam negeri untuk terus meningkatkan produksi susu seiring tingkat kebutuhan industri olahan susu nasional yang makin tinggi. Untuk itu, diperlukan program kemitraan dalam upaya peningkatan daya saing industrinya karena didukung pemenuhan bahan baku susu segar yang berkesinambungan dan berkualitas baik.

"Industrinya sudah meningkat tetapi suplai dari domestiknya menurun. Oleh sebab itu, yang akan kami dorong adalah bagaimana peternak sapi kita bisa meningkatkan produksi susu segarnya. Apalagi kebutuhan produk susu di pasar dalam negeri dan ekspor juga naik," ujarnya di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang, lewat siaran pers, Ahad (8/1).

Airlangga juga mengajak masyarakat untuk berinvestasi dalam dunia peternakan sapi perah. Hal ini karena, selama ini peternakan secara umum belum dianggap menjadi bisnis yang menjanjikan. "Kami akan membuat program supaya peternakan sapi perah ini menarik bagi masyarakat. Targetnya penghasilan peternak sapi dalam sebulan minimal setara dengan upah minimum propinsi. Itu bisa dicapai kalau peternak memiliki delapan sampai 10 sapi," tuturnya.

 

Catatan  Kemenperin, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olahan saat ini sebanyak 3,8 juta ton. Sementara  pasokan hanya sekitar 798.000 ton. Selebihnya masih diimpor dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 12,10 kilogram per tahun setara susu segar. Tingkat konsumsi tersebut masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kilogram per tahun, Myanmar 26,7 kilogram per tahun, Thailand 22,2 kilogram per tahun, dan Filipina 17,8 kilogram per tahun.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mangatakan, pihaknya akan menyinergikan program dengan BBIB Singosari untuk peningkatan kebutuhan susu nasional. Kemendag juga akan meminta BBIB Singosari untuk melaksanakan program peningkatan populasi sapi perah.

“Kami akan merumuskan acuan harga susu dan penyerapannya sehingga peternak mendapat kepastian kalau hasil produksinya terserap. Bersama dengan Mentan, kami juga akan menyusun kebutuhan yang diperlukan BPIB saat ini,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement