Jumat 06 Jan 2017 23:35 WIB

Kenaikan Tarif Listrik Pukul IKM Makanan

Red: Ilham
Industri Kecil Menengah (IKM).
Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/ss/pd/15
Industri Kecil Menengah (IKM).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bogor, Jawa Barat mengatakan, kenaikan tarif dasar listrik yang diberlakukan oleh PLN berdampak pada industri kecil menengah, khususnya industri makanan. "Khususnya bagi IKM yang menggunakan mesin yang dijalankan dengan listrik," kata Ketua Dekranasda Kota Bogor, Yane Adrian Bima Arya di Bogor, Jumat (6/1).

Menurut Yane, IKM yang akan berdampak kebanyakan bergerak di sektor industri makanan. Karena bagi IKM yang memproduksi makanan, listrik salah satu biaya investasi produksi. "Biasanya kenaikan tersebut mendorong harga produksi makanan sekitar 20 persen," katanya.

Ia mengatakan, jumlah UMKM di Kota Bogor hingga November 2016 tercatat sebanyak 24 ribu. Mereka tersebar di 68 kelurahan dan bergerak di sektor produksi makanan dan juga kerajinan.

"Untuk IKM kerajinan tidak begitu terdampak besar, kecuali yang bergerak di produksi pakaian, karena menggunakan mesin jahit listrik. Tetapi jumlahnya tidak sebanyak IKM makanan," katanya.

Menurutnya, IKM yang memproduksi pakaian menggunakan listrik untuk alat potong atau las dan lem tembak. Sementara IKM makanan menggunakan listrik untuk mengolah bahan untuk memproduksi. "Untuk mengantisipasi dampak ini, secara detailnya, kami akan mendiskusikannya lebih banyak dengan para IKM dan mencarikan alternatif agar industri tetap berjalan," katanya.

Dampak kenaikan tarif dasar listrik sudah dirasakan sejumlah pelaku usaha di Kota Bogor yang mengkhawatirkan keberlangsungan usahanya dengan bertambahnya ongkos produksi yang harus mereka keluarkan. Ade Rohayati, pengusaha krispy jamur, dan produk olahan pertanian di Kota Bogor mengatakan, kenaikan tarif listrik dapat mempengaruhi biaya produksinya.

"Ya ada kekhawatiran lah, kalau tarif listrik naik berpengaruh pada biaya produksi. Listrik kami perlukan untuk penerangan, dan produksi bahan olahan krispy," katanya.

Menurut dia, selama ini setiap bulan ia harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 200-250 ribu untuk membayar pemakaian listrik konvensional dengan daya 900 VA. Penggunaan listrik selain untuk kebutuhan rumah tangga, juga untuk keperluan usaha pembiatan krispy jamur, krispy bayam, kacang telor, dan aneka kudapan khas Bogor lainnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement