Kamis 05 Jan 2017 15:05 WIB

Cabai Rawit Nyaris 'Punah' di Kota Tasikmalaya

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Angga Indrawan
Cabai merah dan rawit di pasaran
Foto: Koran Jakarta
Cabai merah dan rawit di pasaran

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Harga cabai rawit terus mengalami kenaikan sejak memasuki bulan desember hingga awal tahun ini. Cabai rawit betah bertahan di angka penjualan sebesar Rp 100 ribu rupiah per kilogram. Selain tingginya harga, keberadaannya pun kian langka di Kota Tasik.

Salah satu pedagang di pasar Cikarubuk, Enung mengeluhkan harga cabai yang tak kunjung turun. Kata dia, kalau pun turun perbedaannya pun hanya seribu atau dua ribu rupiah saja. Ia juga mengeluhkan stoknya yang semakin sulit diperoleh. Ia menuding faktor cuaca menjadi penyebab meroketnya harga cabai rawit karena merusak cabai hasil panen.

"Harganya terus saja di kisaran 100 ribuan per kilo, sekali turun tipis banget, barangnya juga susah dapatnya," katanya pada Republika, Kamis (5/1).

Akibat tingginya harga dan kelangkaan stok, ia pun tak menyediakan cabai rawit yang biasanya diperoleh dari Blitar di lapak dagangannya. Terpantau, hanya cabai hijau saja yang dijualnya. Itu pun harganya berada di kiasaran 60-70 ribu rupiah per kilogram. Adapun harga cabai merah jenis keriting dan lokal berada di angka 20-40 ribu per kilogram.

"Sekarang akhirnya cuma jualan cabai hijau saja, sehari bisa satu kuintal jual ini bisa sebagai alternatif cabai rawit juga," ujarnya.

Terpantau, akibat harganya yang melonjak sampai 100 ribu rupiah per kilogram, cabai rawit pun nyaris hilang dari pasar Cikarubuk. Dari belasan pedagang cabai, hanya satu dua pedagang saja di pasar utama Kota Tasik ini yang menyediakannya. Kalau pun persediaan cabai rawit merah ada tentu saja harganya tetap meroket. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement