Rabu 04 Jan 2017 15:33 WIB

Mahasiswa UGM Kembangkan Sistem Irigasi Otomatis Kelapa Sawit

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Kelapa sawit
Kelapa sawit

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan sistem irigasi otomatis bagi perkebunan kelapa sawit. Alat yang masih berupa prototipe ini bahkan menjadi jawara kompetisi Agribiz Challenge yang digelar pada bulan Desember 2016.

Sistem irigasi bernama AiRi ini dikembangkan oleh Andrianto Ansari dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan berkolaborasi dengan beberapa alumni FTP yaitu Widagdo Purbowaskito, Yustafat Fawzi, Dualim Atma, serta Muhammad Ghufron Mustaqim dari FISIPOL. Kelimanya tergabung dalam tim Merapi Tani Instrument (Mertani) Indonesia.

"AiRi merupakan teknologi otomatisasi untuk irigasi pada pembibitan kelapa sawit yang mengombinasikan hardware dan software agar bekerja secara real time," kata Andrianto, Rabu (4/1).

Ia memaparkan, pengembangan alat yang telah dilakukan sejak 2012 ini berawal dari keprihatin terhadap sistim irigasi yang masih berjalan secara tradisional. Padahal, irigasi secara manual dinilai kurang efektif karena membutuhkan banyak tenaga dan waktu dalam pengerjaannya.

Dengan adanya teknologi irigasi otomatisasi ini diharapkan pengeluaran dan tenaga yang dikeluarkan bisa dikurangi. Di sisi lain pertumbuhan tanaman juga mestinya dapat dioptimalkan dan penggunaan air dapat dihemat secara optimal.

Andrianto mengemukakan, unsur pembangun AiRi terdiri dari sensor nutrisi, sensor lengas tanah, serta sensor iklim mikro berbasis jaringan nirkabel. Melalui sensor-sensor tersebut kelembaban tanah, nutrisi, dan iklim di area perkebunan dapat diketahui.

Alat ini juga dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber energi dalam pengoperasian sistim irigasi. "Alat ini bekerja secara otomatis saat tanaman membutuhkan air," ujar pria asal Sedayu, Bantul itu menjelaskan.

AiRi bekerja dengan mengalirkan air irigasi otomatis saat tanaman membutuhkan air melalui pendekatan titik layu. Lalu irigasi akan berhenti otomatis saat tanah mencapai kapasitas lapang lewat pembacaan skor lengas tanah.

"Dengan begitu sistem otomatisasi irigasi ini mampu menghemat penggunaan air," kata Andrianto. Saat ini AiRi telah diaplikasikan di beberapa tempat. Salah satunya di Pusat Penelitian kelapa Sawit (PPKS) Medan. Selain itu alat ini juga pernah diujicobakan di kebun tembakau PTPN X Klaten.

Sekarang, AiRi masih menjadi irigasi dengan sistem tetes. Namun, ke depannya alat ini dikembangkan dengan sistem sprinkle agar pengairan dapat berjalan lebih optimal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement