REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 41 poin menjadi Rp13.481 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp 13.440 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan mata uang dolar AS kembali menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah menjelang rilis notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) serta meningkatnya sejulah data ekonomi di Amerika Serikat.
"ISM manufacturing Amerika Serikat yang diumumkan naik ke 54,7 pada Desember mendorong dolar AS," katanya di Jakarta, Rabu (4/1).
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen dari dalam negeri mengenai angka PMI "manufacturing" Indonesia yang menurun turut mempengaruhi fluktuasi mata uang domestik. Survei dari Nikkei memperlihatkan angka PMI Indonesia pada Desember turun menjadi 49,0 lebih rendah dibandingkan buan sebelumnya 49,7.
Ia menambahkan realisasi belanja negara yang di bawah 90 persen turut memberikan petunjuk bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal IV 2016 tidak akan lebih baik. "Sentimen dari dalam negeri itu membayangi laju rupiah terhadap dolar AS," katanya.
Analis pasar uang Bank Mandiri, Renny Eka Putri menambahkan bahwa prospek untuk kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Fund Rate) pada tahun 2017 ini juga masih menimbulkan risiko pada rupiah. Kendati demikian, lanjut dia, masih adanya persepsi investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup solid di tengah perlambatan global masih menjaga fluktuasi rupiah untuk tidak tertekan lebih dalam.