Rabu 04 Jan 2017 03:17 WIB

Penyumbang Inflasi Kota Malang Mulai Cabai Hingga Tarif Kontrak Rumah

Rep: christiyaningsih/ Red: Budi Raharjo
 Pedagang sedang memilah cabai rawit merah di pasar tradisional, Jakarta, Senin (2\1).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Pedagang sedang memilah cabai rawit merah di pasar tradisional, Jakarta, Senin (2\1).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sepanjang 2016 Kota Malang mencatat inflasi sebesar 2,62 persen. Angka ini berada di bawah angka inflasi Jawa Timur yang mencapai 2,74 persen. Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, mengatakan bahwa penyumbang inflasi amat beragam, mulai dari cabai hingga tarif kontrak rumah.

Pada Selasa (3/1), Erny mengungkapkan, terdapat sepuluh komoditas yang memberikan sumbangan terbesar pada terjadinya inflasi. Berdasarkan data BPS Kota Malang komoditas tersebut di antaranya bawang merah, bawang putih, cabai, rokok, minyak goreng, serta gula pasir. "Biaya kuliah dan biaya sewa rumah juga termasuk penyumbang inflasi 2016," ujarnya.

Menurut dia, inflasi Kota Malang sebesar 2,62 persen tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. "Bahkan bisa dikatakan inflasi 2016 adalah yang terendah selama sepuluh tahun terakhir," katanya.

Selain lebih rendah daripada tahun sebelumnya, inflasi Kota Malang pada 2016 juga lebih rendah dibandingkan target Pemerintah Kota Malang. Sebelumnya, pemerintah menargetkan laju inflasi 2016 sebesar empat plus minus satu persen.

Sementara itu, laju inflasi yang tercatat untuk Desember 2016 sebesar 0,58 persen. Angka tersebut menjadikan Malang sebagai kota dengan inflasi tertinggi kedua se-Jawa Timur setelah Jember. "Inflasi Desember 2016 dipicu oleh beberapa komoditas antara lain telur, daging ayam ras, BBM, dan tarif angkutan udara," ujarErny.

Meski harga sejumlah komoditas mengalami kenaikan, ada pula komoditas yang harganya justru turun. Komoditas yang mengalami penurunan harga, di antaranya kentang dan perhiasan emas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement