Jumat 30 Dec 2016 19:13 WIB

2017, Kredit Diperkirakan Membaik

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad (ketiga kiri) bersama Anggota Dewan Komisioner OJK merangka Ketua Dewan Audit OJK Ilya Alvianti, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahma
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad (ketiga kiri) bersama Anggota Dewan Komisioner OJK merangka Ketua Dewan Audit OJK Ilya Alvianti, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit pada 2017 diperkirakan akan membaik seiring dengan membaiknya rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) dan optimisme perekonomian domestik. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menilai adanya optimisme yang tumbuh di domestik serta beberapa inisiatif pemerintah untuk terus mendorong dinamika ekonomi domestik akan mendorong geliat ekonomi.

"Dengan demikian, permintaan kredit kita harapkan lebih tinggi sedikit. Kalau itu tetap terjaga saya optimis NPL (rasio kredit macet) tetap bisa terkendali," ujar Muliaman di Jakarta, Jumat (30/12).

Adanya konsolidasi perbankan pada tahun 2016 dengan menaikkan biaya pencadangan diharapkan akan menurunkan rasio NPL. Di sisi lain, harga-harga komoditas yang mulai meningkat juga akan mendorong pertumbuhan kredit.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menilai pertumbuhan kredit perbankan akan membaik pada tahun depan, yakni di kisaran 10-12 persen. Tahun ini, kredit perbankan berada di kisaran tujuh persen sampai sembilan persen.

"Kita secara umum menilai stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik. Dan pertumbuhan kredit masih di proyeksi 10-12 persen tahun depan," ujar Agus di Bank Indonesia.

Kendati begitu, Agus menegaskan akan terus mewaspadai gejolak ekonomi global, seperti kenaikan suku bunga bank sentral AS FFR yang BI perkirakan akan naik sebanyak tiga kali pada 2017.

"Hal ini tentunya akan berdampak pada borrowing cost (biaya pinjaman) bagi negara-negara yang memiliki utang dalam valuta asing (valas) atau dolar AS yang akan cukup tertekan," tutur Agus.

Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Oktober 2016 tercatat sebesar 323,2 miliar dolar AS atau tumbuh 6,7 persen. Dari jumlah tersebut, pertumbuhan ULN pada sektor swasta turun 1,7 persen dan perlambatan ini dinilai karena sektor swasta belum ekspansif. Sedangkan pada tahun depan, ekonomi domestik diperkirakan akan lebih menggeliat dan mendorong sektor swasta lebih ekspansif, sehingga menaikkan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data OJK, kredit perbankan per November 2016 tumbuh sebesar 8,46 persen year on year (yoy) menjadi Rp 4.285 triliun. Kredit Rupiah mendominasi pertumbuhan kredit dengan pertumbuhan sebesar 9,41 persen yoy sedangkan kredit valas tumbuh sebesar 3,35 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement