Kamis 29 Dec 2016 13:30 WIB

Pengusaha Katering Direpotkan oleh Tingginya Harga Daging Sapi

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas katering
Petugas katering

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tingginya harga daging sapi membuat para pengusaha ketering harus memutar otak lebih keras. Pasalnya mereka harus menyusun strategi agar bisnis tetap berjalan tanpa harus kehilangan pelanggan yang rentan terhadap perubahan harga.

Pemilik Mugen Ketering, Ning Suprihantoro mengaku harus menaikan nilai jual produknya lantaran kondisi tersebut. “Ya tinggal pintar-pintarnya kita untuk menyiasati kenaikan harga daging sapi. Saya sendiri sudah menaikan harga produk katering karena daging sapi mahal,” tuturnya pada Republika.co.id, Kamis (29/12).

Selama ini Mugen Ketering mengambil pasokan daging sapi langsung dari penyembelih. Sehingga harganya relatif jauh lebih murah dari pada yang beredar di pasaran, yakni Rp 95 ribu per kilogram (kg). Angka tersebut, menurut Ning sudah mengalami kenaikan dari sebelumnya hanya berkisar Rp 80 sampai Rp 85 ribu per kg.

Meski begitu pasokan daging sapi segar di Mugen Ketering cenderung lancar. Ning tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku tersebut. “Kami sudah punya langganan sendiri untuk daging sapi. Jadi mudah dapatnya,” kata perempuan yang juga menjabat sebagai Bendahara Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI) Sleman itu.

Bagi Mugen Ketering, perubahan harga tersebut tidak berpengaruh signifikan. Karena bisnis kuliner milik Ning ini telah memiliki pelanggan tetap yang cukup loyal terhadap produk. Sehingga penjualannya relatif stabil.

Mugen Ketering bisa menghabiskan 200 sampai 300 kg daging per pekan. Namun demikian, Ning mengatakan ketidakstabilan harga daging dan bahan pokok lainnya sangat merepotkan para pengusaha kuliner. Lantaran hal tersebut bisa berpengaruh pada untung rugi bisnis yang mereka jalani.

“Harapannya jangan ada kenaikan bahan pokok lagi. Karena itu kan bisa jadi merepotkan kalau kami sudah ada kerja sama dengan konsumen, eh tiba-tiba harganya naik. Untungnya sekarang masih bisa disiasati,” ujarnya.

Selain itu Ning berharap agar pemerintah bisa memberikan bantuan pada UMKM yang mengalami kesulitan akibat perubahan harga. Termasuk dalam bentuk kerja sama. Sehingga para pelaku usaha kecil menengah bisa tetap eksis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement