Jumat 16 Dec 2016 17:01 WIB

Dua Indikator Ekonomi RI Bisa Jadi Penahan Dampak Bunga The Fed

Red: Nur Aini
 Logo Bank  Indonesia, Bank Indonesia
Foto: Reuters/ Iqro Rinaldi
Logo Bank Indonesia, Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mengatakan jika dua indikator fundamental ekonomi, yakni inflasi dan kontribusi ekspor dapat berjalan baik, maka kenaikan tiga kali suku bunga Federal Reserve pada 2017 tidak akan menghambat pemulihan ekonomi domestik.

Oleh karena itu, menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, pihaknya dan juga pemerintah harus mampu menjaga laju inflasi, setidaknya tidak melebihi radar Bank Sentral di empat persen plus minus 1 persen pada 2017. Mirza mengatakan terdapat ancaman kenaikan laju inflasi pada tahun depan karena rencana penaikan tarif tenaga listrik dan kenaikan harga gas atau dari kelompok harga barang yang diatur pemerintah (administered prices). "Jika ada pengurangan subsidi (subsidi energi) untuk (kesehatan) APBN, memang bisa meningkatkan inflasi. Maka, skema pengurangan subsidinya harus sedemikian rupa," katanya dalam seminar nasional yang diselenggarakan BI dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta, Jumat (16/12).

Jika inflasi terus melompat, peluang Bank Indonesia untuk melonggarkan suku bunga acuan juga akan menyempit. Selain itu, dengan inflasi yang tinggi, perbankan akan sulit menurunkan bunga kredit, dan mengabaikan transmisi dari pelonggaran kebijakan moneter yang telah mencapai 150 basis atau 1,5 persen pada 2016. "Kami bisa menurunkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin pada tahun 2016, salah satunya karena inflasi yang terkendali," ujar Mirza.

Pada 2016, yang menyisakan dua pekan lagi, BI memperkirakan inflasi akan berada di 3-3,2 persen secara tahunan (year on year/yoy). Indikator kedua, kata Mirza, adalah kecenderungan akan terus membaiknya ekspor. Perbaikan ekspor ini didorong meratanya pemulihan harga komoditas yang diyakini Mirza akan terus berlanjut hingga 2017. Di samping itu, kata Mirza, ekspor juga akan membaik, karena pemulihan ekonomi Cina yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar dengan Indonesia. "Jika inflasi dan ekspor ini membaik, kami berkeyakinan pada tahun 2017 meskipun dengan suku bunga Federal Reserve naik, kita akan lihat pemulihan ekonomi berlanjut," kata Mirza.

BI memerkirakan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 akan tumbuh 5-5,4 persen pada  2017. Dalam pernyataannya pada hari Rabu (14/12) waktu Amerika Serikat, The Fed memberikan petunjuk terdapat kesempatan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali pada 2017, dari pernyataan sebelumnya hanya dua kali. Penaikan suku bunga acuan AS itu karena asumsi perekonomian AS akan terus bertumbuh sehingga laju inflasi juga harus dikendalikan dengan instrumen suku bunga acuan. Pada hari Rabu lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuannya menjadi 0,5-0,75 persen setelah selama 1 tahun bertahan di 0,25-0,5 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement