REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange jatuh hampir tiga persen pada Kamis (15/12) atau Jumat (16/12) pagi WIB. Harga emas menetap di tingkat terendah sejak awal Februari, karena kenaikan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), dan potensi gerakan lebih agresif tahun depan memicu penguatan dolar AS.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari anjlok 33,9 dolar AS, atau 2,91 persen, menjadi menetap di 1.129,80 dolar AS per ounce. Emas berada di bawah tekanan karena keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 0,50-0,75 persen dari sebelumnya 0,25-0,50 persen.
Suku bunga yang lebih tinggi biasanya membuat dolar AS lebih kuat, yang dapat memberikan tekanan pada komoditas yang dipatok ke mata uang tersebut, seperti emas. Selain itu, aset-aset yang tidak memberikan suku bunga seperti emas kehilangan daya tarik mereka ketika suku bunga meningkat.
Brien Lundin, editor Gold Newsletter, mengatakan konsensus pasar percaya bahwa kebangkitan ekonomi Trump akan memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga. Tetapi, menurutnya, kenaikan suku bunga di saat AS menghadapi leverage ekonomi global paling besar dalam sejarah dunia akan membawa malapetaka sehingga, memaksa The Fed dan bank sentral lainnya untuk menempuh kebijakan pelonggaran lagi.
"Volatilitas moneter terbentang di depan, dan emas akan bersinar di lingkungan itu," katanya.
Logam mulia telah turun tajam dalam persiapan pertemuan Fed setelah kandidat Partai Republik Donald Trump terpilih sebagai presiden AS berikutnya memicu reli dalam dolar dan kenaikan dalam aset-aset yang dilihat sebagai berisiko lebih tinggi, seperti saham. Kepemilikan dana berbasis emas terbesar dunia yang diperdagangkan di bursa, SPDR Gold Shares, turun sekitar 10 persen dari pertengahan November.
Logam mulia berada di bawah tekanan lebih lanjut ketika laporan klaim pengangguran mingguan yang dirilis pada Kamis oleh Departemen Tenaga Kerja AS, menunjukkan klaim pengangguran awal turun 4.000 ke tingkat 254 ribu, sesuai dengan harapan. Analis mencatat bahwa angka ini sejalan dengan tren yang ada dan menunjukkan kekuatan di pasar tenaga kerja AS.