REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham-saham yang diperdagangan di Wall Street mencatat penurunan pada Rabu (14/13) atau Kamis (15/12) pagi WIB, karena bank sentral AS Federal Reserve (Fed) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Ini merupakan kenaikan yang pertama dan satu-satunya selama tahun ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 118,68 poin atau 0,60 persen menjadi berakhir di 19.792,53 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 18,44 poin atau 0,81 persen menjadi ditutup pada 2.253,28 poin, dan indeks komposit Nasdaq merosot 27,16 poin atau 0,50 persen menjadi 5.436,67 poin.
"Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi, Komite (Pasar Terbuka Federal) memutuskan untuk menaikkan target suku bunga federal funds ke kisaran 0,50 persen hingga 0,75 persen," kata Fed dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan selama dua hari.
Ekspansi ekonomi moderat, berlanjutnya penguatan pasar tenaga kerja dan peningkatan kondisi inflasi mendukung bank sentral untuk menaikkan suku bunga setelah jeda hampir satu tahun, menurut pernyataan itu. Pada Rabu (14/12), the Fed merilis proyeksi ekonomi terkini yang menunjukkan bahwa bank sentral memperkirakan tiga kenaikan suku bunga pada tahun depan, sementara dalam proyeksinya pada September para pejabat Fed memperkirakan hanya dua kenaikan suku bunga pada 2017.
"Penyesuaian suku bungan dengan kenaikan sedikit dari proyeksi mencerminkan pertimbangan para pejabat Fed atas penurunan tingkat pengangguran," kata Ketua Fed Janet Yellen dalam konferensi pers setelah pertemuan dua hari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Yellen menekankan bahwa bank sentral akan mempertimbangkan kebijakan-kebijakan fiskal, bersama dengan hal-hal lainnya, seperti kondisi-kondisi global dan harga minyak, ke dalam prospek ekonomi dan memastikan kebijakan moneter yang tepat.
"Sulit untuk percaya orang tidak mengantisipasi peningkatan moderat dalam perkiraan suku bunga FOMC, tapi itu satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk kenaikan enam basis poin dalam imbal hasil (yield) obligasi AS 10-tahun dan kenaikan delapan basis poin pada imbal hasil surat utang negara AS 2-tahun setelah pengumuman. Setelah semuanya, kenaikan hari ini 100 persen sudah dipertimbangkan dan perkiraan ekonomi hampir tidak berubah," kata Chris Low, kepala ekonom di FTN Financial.
Di sisi ekonomi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Rabu (14/12), Indeks Harga Produsen untuk permintaan akhir meningkat 0,4 persen pada November, disesuaikan secara musiman. Penjualan ritel AS untuk November naik 0,1 persen dari bulan sebelumnya menjadi 465,5 miliar dolar AS, disesuaikan secara musiman, kata Departemen Perdagangan.
The Fed mencatat pada Rabu bahwa produksi industri AS turun 0,4 persen pada November setelah merayap naik 0,1 persen pada Oktober.