REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar memperkirakan bank sentral AS The Fed akan menaikkan suku bunga kebijakan Fed Fund Rate sebesar 25 basis points. Hilangnya ketidakpastian dari AS ini diperkirakan akan mendorong aliran modal masuk (capital inflow) ke negara berkembang seperti Indonesia.
Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, secara umum likuiditas global masih cukup besar, sehingga potensi modal masuk ke Indonesia masih besar.
"Kalau faktor positif hilangnya ketidakpastian kenaikan The Fed bisa melebihi kekhawatiran agresivitas kenaikan Fed Rate di 2017 dan dampak buruk kebijakan Trump, harusnya akan ada inflow ke negara berkembang," ujar Rangga pada Republika.co.id, Selasa (13/12).
Rangga menjelaskan, kenaikan suku bunga the Fed sebesar 25 bps sudah difaktorkan tetapi pernyataan Yellen yang dovish (pelonggaran moneter) justru bisa positif untuk pasar global. Setelah rapat FOMC fokus akan tertuju pada kebijakan Trump yang saat ini masih direspon positif oleh S&P 500. Inflasi AS juga akan diumumkan Kamis malam, yang diperkirakan turun.
"Di sisi lain, rencana perpanjangan quantitative easing bank sentral Eropa (ECB) menjadi berita baik bagi negara berkembang tetapi rencana pemangkasan stimulus menjadi sentimen negatif sesaat," ujarnya.