REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi November 2016 ini sebesar 0,47 persen. Sementara angka inflasi tahun kalender sepanjang Januari-November tercatat sebesar 2,59 persen dan inflasi tahun ke tahun, November 2016 terhadap November tahun lalu sebesar 3,58 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menyebutkan, faktor volatile food atau kelompok bahan makanan masih menyumbang porsi inflasi terbesar dengan angka inflasi 1,66 persen dibanding kelompok lain seperti makanan jadi sebesar 0,25 persen, perumahan dan bahan bakar 0,16 persen, dan transportasi serta komunikasi menyumbang inflasi 0,07 persen.
Sasmito menyebutkan penyebab inflasi November ini terutama oleh bahan makanan yakni cabai merah, bawang merah, dan tomat sayur. Cabai merah, kata dia, dengan porsi di Indeks Harga Konsumsi (IHK) sebesar 0,29 persen menyumbang inflasi 0,19 persen. BPS mencatat rata-rata kenaikan harga cabai merah di daerah sebesar 21,2 persen. Sasmito menyebutkan, kenaikan harga cabai merah lebih disebabkan karena pengaruh cuaca beberapa bulan belakangan yang memengaruhi masa tanam dan distribusi.
Sementara bawang merah memiliki bobot IHK sebesar 0,7 persen menyumbang andil inflasi sebesar 0,1 persen dan rata-rata kenaikan harga sebesar 16,1 persen. Di sisi lain, cabai rawit yang memiliki bobot IHK sebesar 0,19 persen menyumbang andil inflasi sebesar 0,05 persen dan rata-rata kenaikan harga cukup tinggi yakni 29,7 persen. Sedangkan tomat sayur dengan bobot IHK yang hanya 0,22 persen menyumbang inflasi cukup tinggi yakni 0,4 persen dan rata-rata kenaikan harga sebesar 19,2 persen. Bahkan, BPS mencatat di Manado, Sulawesi Utara kenaikan harga tomat sayur sempat menyentuh 222 persen.
"Ini semua lebih karena cuaca di mana musim hujan sudah mulai masuk. Nah, di Manado, di saat harga ikan murah, orang lagi ramai beli ikan, bumbu untuk memasak pasokannya terhambat. Jadinya inflasi bahan makanan di sana terasa," kata Sasmito dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Kamis (1/12).
Selain itu komoditas lainnya yang tercatat menyumbang inflasi dengan kenaikan harga adalah tarif pulsa ponsel, beras, bayam, kacang panjang, kangkung, cabai hijau, tomat buah, bawang putih, nasi dengan lauk, rokok kretek, tarif sewa rumah, dan bahan bakar. Sementara penurunan harga dialami oleh telur ayam ras, daging ayam ras, ikan segar, kentang, apel, gula pasir, semen, emas, dan tarif angkutan udara.
Secara umum, Sasmito menyebutkan bahwa tingkat inflasi sepanjang 2016 ini bisa terjaga di bawah empat persen. Meski inflasi inti secara tahun ke tahun menunjukkan penurunan terendah sejak 2004, dengan angka inflasi inti sebesar 3,07 persen, Sasmito meyakini bahwa konsumsi masyarakat masih di dalam batas wajar. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga dengan raihan 5,04 persen.
Ia menyebutkan, angka pertumbuhan ekonomi yang masih lebih tinggi dibanding dengan angka inflasi masih mencerminkan tingkat daya beli masyarakat yang tidak anjlok. Sasmito memroyeksikan, bila tidak ada gejolak harga yang signifikan dalam Desember tahun ini, maka inflasi sepanjang tahun tidak akan melebihi 3,5 persen. Bahkan ia memastikan bahwa nilai inflasi di bawah empat persen.