Ahad 27 Nov 2016 21:01 WIB

Penyaluran KUR untuk Petani Belum Merata

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Satria K Yudha
 Petani memanen buah labu di perkebunan buah labu di Desa Ciburial, Kec. Cimenyan, Kab. Bandung, Ahad (31/7). (foto : Mahmud Mahyudin)
Petani memanen buah labu di perkebunan buah labu di Desa Ciburial, Kec. Cimenyan, Kab. Bandung, Ahad (31/7). (foto : Mahmud Mahyudin)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pemerintah menurunkan bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi tujuh persen pada 2017 disambut positif oleh para petani. Namun, pemerintah diharapkan dapat memperluas penyaluran KUR di sektor pertanian. 

"Petani akan sangat senang untuk memanfaatkan KUR," ujar Ketua Koalisi Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Thohir kepada Republika, Ahad (27/11).

Winarno mengatakan, sejauh ini KUR kebanyakan dimanfaatkan petani hortikultura dan tanaman hias. Sementara petani tanaman musiman seperti petani buah kesulitan dalam memanfaatkan KUR.

Alasannya, KUR menggulirkan bunganya setiap tahun. Sementara tanaman musiman perlu waktu bertahun-tahun untuk panen sejak penanaman. Hal tersebut diakuinya cukup miris mengingat adanya perayaan hari buah beberapa waktu lalu, namun petani buah justru kesulitan dalam melakukan produksi.  "Itu kenapa negara kita banyak buat impor," ujarnya. 

Pemerintah, kata dia, seharusnya memiliki skema KUR berbeda yang cocok untuk dimanfaatkan petani buah. "Pikirkan petani yang punya tanaman lain," kata Winarno. 

Menurut Winarno, penurunan bunga akan membangkitkan semangat petani dalam berproduksi terutama petani tanaman pangan.Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam melakukan upaya ketahanan pangan. Apalagi, saat ini banyak petani yang tertarik bertanam jagung."Jadi ini akan mendorong petani memantapkan usahanya," ucapnya. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement