REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden Joko Widodo dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia mengatakan Indonesia tetap optimistis meraih pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global.
"Sekali lagi saya sangat optimis, tentu saja dengan dukungan masyarakat, terutama dunia usaha, bahwa ekonomi kita akan baik di 2017," kata Jokowi dalam sambutannya saat pertemuan itu di Balai Sidang Jakarta, Selasa (22/11) malam.
Menurut Presiden, harga komoditas yang sedikit membaik juga mendorong kepercayaan diri pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Di tengah penurunan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai kuartal I hingga kuartal III berturut-turut tercatat pada 4,94 persen lalu 5,18 persen dan 5,02 persen. Jumlah tersebut, ujar Jokowi, masih pada posisi yang sangat baik dibanding sejumlah negara lain. "Hanya dengan optimismelah kita bisa melalui tantangan dan rintangan-rintangan ke depan," kata Presiden.
Kepala Negara juga mengatakan banyak potensi dan kesempatan yang dapat digunakan oleh pengusaha Indonesia ditengah pelambatan ekonomi global, salah satunya pemanfaatan pasar non-tradisional. Dia berharap informasi terkait potensi ekonomi di negara-negara dengan populasi 80 juta-100 juta dapat dikembangkan sehingga menjadi kesempatan bagi dunia usaha Indonesia. Selain itu, Presiden mengatakan untuk meningkatkan daya saing Indonesia, maka pemerintah berfokus pada tiga hal yaitu pemberantasan pungutan liar dan korupsi di institusi yang merugikan pebisnis dan investor. Hal kedua yaitu reformasi birokrasi agar kinerjanya menjadi lebih efisien dalam melayani investasi.
Pembangunan infrastruktur menjadi hal ketiga yang juga dikejar oleh pemerintah untuk meningkatkan daya saing Indonesia. Menurut Jokowi, dengan menguasai tiga hal tersebut maka ekonomi Indonesia diyakini dapat membaik pada tahun berikutnya.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan terdapat tiga potensi domestik yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu kepercayaan dan keyakinan para pelaku ekonomi terhadap pemerintah yang disiplin mengelola kebijakan fiskal dan moneter serta reformasi struktural. Hal kedua yaitu sumber pembiayaan ekonomi yang besar dari program amnesti pajak sehingga dapat menopang pembangunan.
Kemudian, pesatnya perkembangan teknologi digital juga dinilai Agus menjadi potensi ketiga pendorong ekonomi melalui kegiatan perdagangan daring (e-commerce) maupun fintech.