Rabu 16 Nov 2016 17:43 WIB

Indonesia Dinilai Perlu Reindustrialisasi untuk Genjot Ekonomi

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Industri konveksi (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Industri konveksi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Alumni (IA) ITB Ridwan Djamaludin menekankan perlunya reindustrialisasi di Indonesia. Sebab kontribusi industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini masih rendah, sekitar di bawah 10 persen meski perekonomian Indonesia sedang dalam kondisi baik.

"Namun itu saja tidak cukup karena negara sebesar ini harus diperkuat industrinya," katanya kepada wartawan di kawasan Kuningan Jakarta, Rabu (16/11).

Untuk mendorong industri tersebut menurutnya diperlukan kerja sama berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, dan wirausaha. Pihaknya saat ini tengah memilah industri yang akan menjadi unggulan untuk bisa berkembang di Indonesia. "Misalnya kalau kita ke industri handphone sulit untuk bersaing di internasional. Lain halnya kalau kita ke industri pertanian, energi dan semacamnya," kata dia.

Menurutnya, selama ini industri Indonesia mengalami kemunduran karena tiga hal yakni inovasi, konsistensi penerapan kebijakan, dan sikap mental. Indonesia telah memiliki sumber daya manusia dan sumber daya alam yang baik namun sayangnya tidak dapat melakukan inovasi secara maksimal.

Jika dalam skala angka maksimal sembilan, menurutnya Indonesia hanya bisa berhenti di enam dan tujuh. "Kita nggak bisa sampai sembilan," katanya.

Peran pemerintah dalam membuat kebijakan yang mendukung industri diakui Ridwan sudah ada tetapi konsistensi penerapannya masih dianggap kurang. Kebanyakan kebijakan tersebut hanya sebagai kebijakan tanpa adanya aksi nyata.

"Yang ketiga adalah sikap mental," ujarnya. Ia mencontohkan, masyarakat Indonesia masih lebih bangga menggunakan produk luar dibanding merek dalam negeri, meski memiliki kualitas yang tidak kalah bagus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement