Selasa 15 Nov 2016 20:02 WIB

Semen Indonesia Tetap Lanjutkan Operasi Pabrik Rembang

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Silo Packing Plan Semen Indonesia.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Silo Packing Plan Semen Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Semen Indonesia, Tbk (SI) tetap akan melanjutkan pengoperasian pabrik semen yang ada di Rembang. Hal ini merujuk belum diterimanya amar putusan Peninjauan Kembali dari Pengadilan Tata Usaha Negara ke pihak SI.

GM Coorporate Seceretary Semen Indonesia, Agung Wiharto mengatakan selain belum menerima salinan resmi dari PTUN. Semen Indonesia menilai tidak ada putusan PTUN yang menyebutkan pemberhentian operasi. Putusan PTUN merupakan keputusan yang berkaitan dengan kelegalan dan keabsahan izin.

"Jadi kami tetap akan melanjutkan operasi pabrik di Rembang. Sebab ini kita juga belum menerima amar putusan resminya. Kalaupun ada izin yang dicabut dari amar putusan bukan berarti menghentikan operasional," ujar Agung di Kantor Semen Indonesia, Selasa (15/11).

Agung mengatakan berlanjutnya operasi pabrik ini juga bukan hanya melihat aspek hukum tetapi juga melihat faktor ekonomi dan serapan tenaga kerja serta dampak sosial warga sekitar Rembang.

Agung menuturkan, penuntut hanyalah bagian kecil dari warga Rembang yang memang bersinggungan langsung dengan Pabrik. Namun dari 6.000 warga Rembang hanya sekitar 130 orang saja yang menolak.

"Kalau warga yang memang dekat dengan Pabrik itu semua sepakat. Bagaimanapun adanya industri juga bisa menghidupi masyarakat dan membuat roda perekonomian terbuka," ujar Agung.

Agung juga mengatakan segala urusan amdal dan segala izin dari awal di 2009 sudah selesai diurus dan semuanya layak operasi. Ia pun mengatakan segala sosialisasi dan CSR sudah berjalan sejak 2012 dan masyarakat menyambutnya dengan antusias.

"Pabrik rembang sudah muali sejak 2009 dan dibangun Juni 2014. Amdal dibuat oleh indpenden. Amdal kami lulus. baru kami kerjakan pabrik, lulus juni 2012. baru abis itu izin izin lain. teru kami beli beberapa lahan warga. Kami BUMN jadi gak bakal lepas dari aturan," ujarnya.

Ia juga mengatakan banyak warga sekitar yang juga turut serta menjadi pegawai disana. Ia mengatakan serapan tenaga kerja menjadi salah satu bentuk konkrit dari jalananya roda ekonomi di sekitar pabrik.

"Jadi tenaga kerja ada 6.000 orang. di desa sekitar ada 1.300 -1.200 orang. Perkembangan proyek sampai september, semuanya sudah hampir selesai. Kita juga bangun belt conveyor supaya kita mengurangi debu," ujar Agung.

Kedepan ia berharap permasalahan ini segera selesai untuk menghindari adanya kerugian yang jauh lebih besar. Proyek senilai Rp 5 triliun ini jangan sampai merugikan negara yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement