Senin 14 Nov 2016 16:09 WIB

'Kondisi Ekonomi Indonesia Seperti Masa Penjajahan'

Rep: ali mansur/ Red: Damanhuri Zuhri
Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan
Foto: dpr
Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Heri Gunawan, membenarkan pernyataan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, soal kondisi ekonomi Indoneisa.

Menurutnya, kondisi perekonomian Indonesia saat ini mirip dengan kondisi ekonomi Indonesia pada saat dijajah oleh Belanda. Sebab Indonesia hingga saat ini masih menjadi pelayan bagi bangsa lain. “Ya betul apa, ekonomi Indoneisa saat ini seperti saat masa penjajahan dulu. Kita tidak boleh tinggal diam, kalau tak ingin terus terpuruk,” ujar Heri Gunawan, di Jakarta, Senin (14/11).

Heri Gunawan menyebutkan, apa yang dikatakan Bambang benar adanya. Dulu pada masa penjajahan, mereka menjarah rempah-rempah dan komoditas lainnya untuk dibawa ke negaranya. Bahkan Belanda juga melakukan gerakan tanam paksa.

Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan sekarang. Indonesia diminta asing untuk mengekspor hasil tambang dengan menawarkan nilai tambah yang tinggi. Tawaran-tawaran itu disebutnya diatur dalam agenda-agenda politik yang telah tersusun

Maka dari itu, Politikus Partai Gerindra itu meminta agar pemerintah wajib mendukung industri dalam negeri di bidang apapun. Hal itu dilakukan agar Indonesia mampu menghasilkan bahan mentah menjadi bahan jadi.

Setelah itu Indonesia dapat menjual produknya tersebut dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga jual bahan mentah. "Karena semua kekayaan alam Indonesia diekspor ke luar negeri. Betul, apa yang dibilangnya (Bambang) itu benar," tambahnya.

Selain itu dia juga mengatakan perekonomian Indonesia tidak akan maju apabila hanya menggali tambang dan mengekspor nya. Seharusnya pemerintah mendukung dan mendorong agar dapat diproduksi di dalam negeri dan diekspor dalam keadaan jadi.

Memang diakuinya, cost akan lebih mahal, tapi akan membuahkan hasil pada masa yang akan datang “Kalau dihitung-hitung memang cost nya lebih tinggi membuat pabrik itu, namun efeknya kan kedepan, bukan sekarang,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement