REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan investor properti asing diharapkan memiliki komitmen yang tinggi dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Terutama bagi mereka yang selama ini tidak memiliki bisnis utama di bidang properti.
"Mereka tidak boleh hit and run," kata wakil ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia (DPP REI) bidang Komunikasi Theresia Rustandi. Kamis (10/11). Imbauan itu disampaikannya agar tidak ada pihak yang dirugikan apabila muncul masalah yang tidak diinginkan. Saat ini sudah banyak perusahaan asing maupun lokal pemain baru yang menekuni bisnis properti sebagai lahan usaha baru mereka. Padahal tidak semua perusahaan tersebut pemain lama di sektor peoperti di tanah air.
Namun, menurut Ketua Umum DPP REI, Eddy Hussy kedatangan investor properti asing ke tanah air maupun perusahaan pengembang lokal baru tidak perlu disikapi secara berlebih. Mereka akan membantu menggerakkan ekonomi tanah air dan membuka lapangan pekerjaan. perlu juga diawasi masalah sumber pembiayaan dan teknologi modern yang mereka miliki. Karena hal itu akan mepengaruhi nilai properti dan daya saing mereka dengan pengusaha lokal.
Meski tidak memboyong tenaga kerja asing, namun kedatangan mereka perlu diantisipasi. Mereka datang dengan modal besar selain teknologi canggih sehingga mampu mengerjakan proyek dalam waktu yang lebih singkat dan lebih hemat. "Tapi kita memiliki kelebihan dalam hal penguasaan di lapangan," katanya.
Pihaknya yang akan mengakhiri masa kepengurusannya akhir tahun ini berharap penanganan investor properti asing di tanah air dapat dilanjutkan pengurus DPP REI mendatang. REI sendiri akan menggelar Munas ke 15 pada 28 hingga 30 November mendatang.
Dalam Munas yang dilakukan sekali dalam tiga tahun tersebut akan dipilih kepengurusan baru. "Saya berharap pengurus baru akan melanjutkan program yang sudah berjalan dan memperjuangkan apapun yang belum tercapai," kata Eddy.