Kamis 10 Nov 2016 02:01 WIB

Ini Dampak Pilpres AS ke Pasar Keuangan Global

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS yang baru, investor dunia akan banyak melihat ketidakpastian di AS. Ketidakpastian tersebut akan meningkat dalam jangka menengah dan panjang.

Ekonom dari Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menilai, dengan kondisi itu, pada tiga bulan ke depan, investor akan keluar dari AS dan berinvestasi ke negara berkembang yang sudah terkoreksi.

"Sehingga, pola investasi mereka akan berubah dari developed market ke emerging market. Dan juga mereka akan mencari safe havens asset bukan dalam bentuk dolar AS. Karena dolar AS sendiri cenderung melemah terhadap mata uang kuat dunia lainnya," jelas Lana di Jakarta, Rabu (9/11).

Untuk itu, para investor akan mencari save heaven asset yang aman yakni biasanya ada di emas. Hal ini berdampak pada peningkatan harga emas, yang juga mendorong kenaikan harga komoditas tambang lainnya. Sehingga, akan membantu ekspor Indonesia.

Selain itu, kata Lana, biasanya jika pemenang pilpres AS dari Partai Republik, akan terjadi invasi ke negara lain. Dan ini dampaknya membuat harga minyak mentah dunia akan merangkak naik.

Apabila harga minyak mentah naik maka untuk jangka pendek harga komoditas akan terbantu. Namun yang perlu diingat, pemerintah masih punya PR, karena energi di dalam negeri belum sampai ke ketahanan energi.

"Jika kondisi itu harga minyak mentah naik, maka sudah pasti harga BBM (bahan bakar minyak) juga akan naik. Dan kalau harga BBM naik sudah pasti inflasi kita juga akan naik. Ditambah harga komoditas lain naik yang mengikuti harga komoditas pangan yang juga naik," tutur Lana.

Apabila kondisi itu terjadi, maka lonjakan inflasi dipengaruhi oleh dua sumber penting, yaitu harga komoditas pangan naik dan harga BBM naik. Kondisi ini sangat penting diperhatikan pada tahun depan, karena target pemerintah untuk menekan inflasi di 4 persen diprediksi tak tercapai. "Justru akan lebih tinggi lagi. Jika harga minyak dunia bisa 65 per barel dolar AS, maka inflasi bisa ke angka 6,5 persen," katanya.

Oleh karena itu, dengan ketidakpastian global saat ini, pemerintah Indonesia perlu semakin hati-hati untuk mengantisipasi laju inflasi. Karena ada potensi terkait dengan harga bahan makanan, harga BBM yang akan naik setelah Partai Republik menang ini.

Dampak lainnya yang tidak langsung yaitu ekspor. Ekspor Indonesia ke AS tidak terlalu banyak, hanya besar di manufaktur, sehingga tidak berdampak banyak. Namun yang perlu diwaspadai adalah ekspor Indonesia yang masih besar ke China.

Apabila eksportir China berkurang ke AS, akan menyebabkan produksinya turun, sehingga kebutuhan energi (China) juga turun. Hal ini akan berdampak pada penurunan ekspor komoditas energi Indonesia ke China, meski harganya naik. Uni Eropa dinilai juga akan terkena dampaknya karena importir terbesar UE berasal dari China.

"Jadi ini memang masih mix, memang harus hati-hati dalam hal ekspor, kita akan kena dampak tadi secara tidak langsung dari China," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement