REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Director Distribution & Service Bank Syariah Mandiri (BSM) Edwin Dwidjajanto mengatakan, BSM sudah melakukan perubahan model bisnis sejak 2014, dan pada 2015 sudah melakukan konsolidasi internal sehingga di 2016 hasilnya sudah mulai terlihat. Diharapkan, perubahan model bisnis ini bisa cepat dirasakan hasilnya pada 2017 mendatang.
"Kita memang menuju ke retail banking," ujar Edwin di Jakarta, Rabu (9/11).
Edwin menambahkan, target pertumbuhan aset BSM pada 2017 mendatang diharapkan bisa mencapai 10 persen dibandingkan Desember 2016. Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga saat ini masih tinggi yakni 12 persen dan pembiayaan 10 persen.
Sementara itu terkait rasio pembiayaan bermasalah atau NPF, Director Risk Management & Compliance BSM Putut Rahwidhiyasa mengatakan, BSM sudah melakukan berbagai langkah yakni structuring, collection, dan pelunasan. Ke depan ada perbaikan model bisnis sehingga harapannya NPF bisa di bawah lima persen.
Sementara itu, Direktur Utama BTPN Syariah Harry Sukadis mengatakan, pada 2017 mendatang BTPN Syariah akan memperkuat bisnis yang sudah eksisting dan tidak menutup kemungkinan akan mengembangkan bisnis lainnya. Menurutnya, BTPN Syariah tetap konsisten untuk menjalankan bisnis dengan menyentuh level paling bawah karena kompetisinya masih belum ada.
"Kelemahannya adalah kita sekarang masih single bisnis, tahun depan akan mengembangkan bisnis lainnya namun mohon maaf belum bisa kami beri tahu karena masih proses," kata Harry.
Pada 2016 ini target profit BTPN Syariah sebesar Rp 292 milir, dan aset sudah sekitar Rp 7 triliun. Sedangkan untuk NPF, menurut Harry masih terjaga dengan baik yakni di kisaran 1,4 persen.
Baca juga: Tiga Peristiwa Diproyeksi Terjadi di Industri Perbankan Syariah 2017