Rabu 09 Nov 2016 04:33 WIB

Menkeu: Kebijakan Ekonomi Atasi Pengaruh Perlambatan Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Menteri Keuangan Sri Mulyani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi masih berada pada kisaran lima persen dan tidak terlalu terpengaruh dari perlambatan global adalah konsistensi penerapan kebijakan ekonomi. Bahkan, bila Pemerintah bisa konsisten menjelaskan kebijakan ekonominya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam negeri, maka itu cukup kuat untuk mengurangi atau mendiskriminasikan Indonesia dari sentimen negatif luar.

Demikian disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa (8/11). Sri menyampaikan pujian atas pencapaian pertumbuhan ekonomi yang secara akumulatif hingga triwulan III-2016 telah mencapai 5,04 persen, karena angka tersebut relatif baik diantara negara berkembang lain yang ekonominya tumbuh rendah.

Menurut dia, hal itu, didukung oleh konsistensi penerapan kebijakan ekonomi melalui pengelolaan fiskal yang memadai dan pelaksanaan reformasi struktural, sehingga bisa memberikan kepercayaan pelaku usaha serta menjawab tantangan global.

"Dari sisi APBN, Indonesia jumlah level defisitnya relatif sangat kecil dibanding emerging market yang lain. Jadi dari sisi makro ekonomi kita memiliki kinerja yang bisa menimbulkan confident jadi bisa mengurangi spekulasi dan sentimen negatif dari luar negeri," ujarnya.

Meski demikian, masih ada sejumlah tantangan untuk mendorong kinerja konsumsi pemerintah yang justru tumbuh negatif pada triwulan III-2016 dan kurang memberikan kontribusi sepenuhnya kepada pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah komponen ekspor impor yang masih melemah sebagai dampak dari pelambatan ekonomi global, karena menyebabkan permintaan melemah, meski harga komoditas dunia mulai meningkat.

"Ekspor impor masih turun dalam, artinya pertumbuhan ekonomi di luar masih lemah. Maka kita harus menetralisasi dari sumber pertumbuhan dalam negeri apakah itu investasi, belanja pemerintah, atau konsumsi rumah tangga," tutur Sri Mulyani.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement