REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia naik pada Senin (7/11), setelah FBI membebaskan calon presiden Demokrat, Hillary Clinton, dalam penyelidikan penggunaan server pribadinya. Kondisi itu menenangkan kekhawatiran pasar atas ketidakstabilan perekonomian jika saingannya dari Republik, Donald Trump, akan terpilih.
Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) James Comey pada Ahad (6/11) memberitahu anggota-anggota parlemen AS bahwa FBI tidak mengubah rekomendasinya pada Juli untuk tidak menyelidiki Clinton atas penggunaan server surat elektronik pribadinya selama ia menjabat menteri luar negeri. Dalam sebuah surat kepada beberapa anggota Kongres, Comey mengatakan lembaga itu telah selesai melakukan kajian dan tidak menemukan apa-apa untuk mengubah posisinya.
Berita itu sangat mendorong kampanye Clinton sebelum pemilihan presiden AS pada Selasa (8/11). Hal itu juga mendorong harga minyak AS naik hampir dua persen pada Senin. Para analis mengatakan investor dalam pandangan umum kemenangan Clinton sebagai hasil yang lebih baik, karena lebih terbuka dan mungkin lebih stabil untuk pasar daripada kemenangan saingannya dari Partai Republik, Donald Trump.
Sementara itu, kenaikan harga minyak dibatasi oleh penguatan dolar AS pada Senin, karena greenback yang lebih kuat menghambat permintaan pasar terhadap komoditas yang dihargakan dalam dolar AS. Harga patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 0,82 dolar AS menjadi menetap di 44,89 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari naik 0,57 dolar AS menjadi ditutup pada 46,15 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.