REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Jumlah koperasi di Sleman sudah mencapai 646 unit, tetapi yang bergerak di sektor riil masih sangat sedikit. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) Sleman, Pustopo mengemukakan, koperasi yang bergerak di sektor riil hanya mencapai 48 persen dari total jumlah keseluruhan.
“Jumlahnya masih sedikit. Makanya mau kita dorong agar koperasi yang ada di Sleman bisa bergerak di sektor riil,” katanya saat ditemui di Pameran Koperasi 2016, Senin (7/11). Menurutnya, kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh minat masyarakat terhadap koperasi yang masih rendah.
Di sisi lain, citra koperasi masih sangat kental dengan usaha simpan pinjam. Sehingga sektor usaha riil jadi terabaikan. Adapun usaha riil yang bisa dikembangkan di koperasi cukup beragam, mulai dari jual beli kendaraan, properti, usaha laundry, dan ritel.
Pustopo mengemukakan, secara omzet koperasi sektor riil di Sleman bisa lebih berkembang dan menguntungkan anggotanya. Hal ini terlihat dari jenis usaha koperasi berskala besar yang kebanyakan bergerak di sektor riil.
Ia meyakini semakin banyak koperasi sektor riil, maka pertumbuhan ekonomi daerah akan semakin meningkat. Di sisi lain keberadaan koperasi sektor riil juga dapat menghindari kejenuhan dalam populasi koperasi yang terlalu banyak bergerak di sektor jasa keuangan.
Sementara itu, Kepala Bidang Koperasi dan UKM Disperindagkop Sleman, Teguh Budiyanta mengemukakan, jumlah anggota koperasi di Sleman mencapai 275.200 orang. Total aset terkumpul mencapai Rp 1,078 triliun dengan pertumbuhan sekitar 15 persen per tahun.
Teguh berharap, semakin banyaknya koperasi sektor riil dapat mengakselerasi pertumbuhan aset yang lebih besar. "Mindset masyarakat juga perlu diubah, bahwa koperasi itu harus bergerak dari simpan pinjam ke sektor riil," katanya.
Pengelola koperasi pun membenarkan keuntungan di sektor riil yang jauh lebih besar dibandingkan simpan pinjam. Bendahara Koperasi Pemasaran Loho Jaya, Sri Setoyo Dewi mengemukakan, setelah beralih ke bidang pemasaran pada 2015, keuntungan koperasinya semakin meningkat.
“Dulu waktu masih simpan pinjam keuntungan kami hanya Rp 15 juta sampai Rp 20 juta per bulan. Tapi setelah berubah jadi koperasi pemasaran keuntungannya jadi Rp 40 sampai Rp 55 juta per bulan,” kata Sri.