Senin 07 Nov 2016 12:12 WIB

Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi RI

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2016 sebesar 5,02 persen secara year on year (yoy). Sementara pertumbuhan ekonomi kumulatif sejak kuartal I hingga kuartal III 2016 sebesar 5,04 persen. 

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi kuartal ini lebih didorong oleh konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan 5,01 persen secara yoy dan naik 3,48 persen dari kuartal lalu. Ia menilai, dengan kondisi ekonomi global yang masih tertekan, angka pertumbuhan yang diraih kali ini tergolong sesuai ekspektasi. 

Dilihat dari lapangan usaha dan sisi produksi, pertumbuhan kali ini disumbang oleh sektor transportasi dan pergudangan yang naik 5,34 persen. Sementara sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami kenaikan 4,69 persen, serta konstruksi naik 4,36 persen. 

Khusus untuk konsumsi rumah tangga, pertumbuhan didorong oleh pengeluaran di sektor kesehatan, pendidikan, transportasi, dan konsumsi makanan dan minuman. "Selain itu, penjualan ritel naik. Indikator kedua penjualan mobil penumpang tumbuh 17,49 persen, dan impor barang konsumsi tumbuh 11,19 persen. Volume transkasi kartu kredit tumbuh 2,75 persen dan inflasi di 3,07 persen. Inflasi rendah tidak akan berimbas pada kemampuan daya beli," ujar Suhariyanto menjelaskan di Kantor Pusat BPS, Senin (7/11). 

Catatan peristiwa yang dinilai memberikan pengaruh atas pertumbuhan ekonomi kuartak ketiga ini menurut Suhariyanto, yakni kondisi pereknomian global kuartal III yang belum stabil. BPS mencatat, ada sejumlah negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi namun ada juga yang justru ekonominya melambat. 

Bila dilihat dari tiga negara tujuan ekspor utama Indonesia, negara AS mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi dari 1,3 persen menjadi 1,5 persen. Sedangkan Cina stagnan di angka 6,7 persen, dan Singapura anjlok dari 2 persen menjadi 0,6 persen. 

"Dilihat dari APBN, bisa dilihat realisasi belanja pemerintah di kuartal ketiga menurun dibanding tahun lalu," ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement