Jumat 04 Nov 2016 13:54 WIB

Kurs Rupiah Lebih Terpengaruh Dinamika Global Dibanding Unjuk Rasa

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Mata uang rupiah
Foto: Republika.co.id
Mata uang rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah diyakini lebih terpengaruh oleh dinamika ekonomi dan politik global, dibanding akibat adanya unjuk rasa damai yang terjadi di Jakarta Jumat (4/11) ini. 

Ekonom Permata Bank Josua Pardede menjelaskan dalam penutupan perdagangan Kamis (3/11) kemarin rupiah memang ditutup melemah. Bahkan hingga siang ini tercatat rupiah masih melemah 29 poin. Namun Josua menyebutkan bahwa koreksi pada rupiah juga terjadi di pasar Amerika Serikat dan Eropa.

Menurutnya, pasar lebih merespons hasil dari FOMC meeting kemarin dan pernyataan Ketua Dewan Gubernur Federal Reserve System Janet Yellen yang ternyata lebih kompleks dibanding pertemuan sebelumnya. Pasar juga bersikap atas rencana kenaikan suku bunga AS pada Desember mendatang, di mana kemungkinan adanya kenaikan suku bunga sudah menyentuh 80 persen.

Tak hanya itu, dinamika pemilihan presiden AS juga membuat pasar memberikan respons terlebih setelag Donald Trump disebut lebih unggul dibanding pesaingnya Hillary Clinton.

"Itu yang mmbuat dan menambah ketidakpastian di pasar keuangan. Makanya itu menyebar dan market panik. Malah sekarang pasar cari aman ke safe haven seperti dolar AS atau ke surat utang AS. Itu yang membuat regional juga terkoreksi. Ini memang beberapa faktor yang memengaruhi, tak hanya demo," ujarnya, Jumat (4/11). 

Menurutnya, dinamika pasar keuangan domestik tidak bisa hanya dikaitkan dengan unjuk rasa yang terjadi. Alasannya, pasar memang sudah terkoreksi sejak kemarin bahkan sebelum unjuk rasa ramai diberitakan. Ia memperkirakan, rupiah akan bertahan di kisaran Rp 13.100-an, dengan pelemahan sesaat. Hal ini menurutnya akan membaik seiring dengan sentimen global yang stabil. 

"Jadi hal-hal yan dari domestik ini saya rasa nggak perlu dibikin heboh. Karena ini kan juga nggak bersifat nasional karena memang cuma di Jakarta saja," ujar dia. 

Selain itu, pasar domestik juga terdorong oleh semakin banyaknya dana repatriasi yang masuk hingga Rp 140 triliun. Dana repatriasi akan mendoorong investasi dan berujung pada bergairahnya pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement