Jumat 04 Nov 2016 09:18 WIB

Demonstrasi Hari Ini Diperkirakan Tekan Kurs Rupiah

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Seorang karyawati menghitung uang Rupiah pecahan seratus ribu disalah satu tempat penukaran uang di Jakarta Pusat, Senin (18/7).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang karyawati menghitung uang Rupiah pecahan seratus ribu disalah satu tempat penukaran uang di Jakarta Pusat, Senin (18/7). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi demonstrasi yang digelar pada Jumat (4/11) ini diperkirakan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta mengatakan, rupiah tertekan isu domestik, tetapi akan ditahan oleh pelemahan nilai tukar dolar AS di pasar global.

"Rupiah melemah pada perdagangan Kamis bahkan di saat dolar AS melemah terhadap mayoritas kurs di Asia. Faktor domestik yang semakin negatif, termasuk kekhawatiran demonstrasi yang bisa berujung kerusuhan di Jakarta hari ini, menjadi penyebab utama tertekannya rupiah," ujar Rangga, Jumat (4/11).

Namun, dia menilai dollar index yang melemah seharusnya bisa memberikan topangan terhadap rupiah pada hari ini. Meskipun, kata dia, kekhawatiran terhadap hasil pemilu AS bisa mengembalikan ketidakpastian dalam waktu singkat.

Fokus domestik juga akan tertuju pada consumer confidence index yang rilis hari ini dan diperkirakan memburuk. Cadangan devisa serta pertumbuhan PDB menjadi yang berikutnya ditunggu, dijadwalkan diumumkan awal minggu depan. Pada penutupan perdagangan Kamis (3/11), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di Rp 13.075, menguat dari posisi hari sebelumnya di Rp 13.058 per dolar AS.

Sementara itu dari sisi global, Dollar index terus turun, Bank of England (BoE) tidak menambah stimulus. Rangga mengatakan, Poundsterling naik tajam terhadap dolar AS setelah BoE tidak memangkas suku bunga dan bahkan memberi sinyal bahwa ruang pelonggaran moneter sudah terbatas.  "Hal itu menyebabkan dollar index terkoreksi cukup dalam walaupun itu juga didukung oleh data ISM non-manufacturing AS yang anjlok tajam," katanya.

Sentimen utama perdagangan, kata dia, masih tertuju pada pemilu AS di awal minggu depan yang mana peluang kemenangan Clinton terus menipis relatif terhadap Trump. Selain itu, setelah FOMC meeting yang tidak terlalu hawkish kemarin, investor menunggu data pertambahan tenaga kerja non-pertanian AS nanti malam yang diperkirakan cenderung membaik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement