REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Pameran produk bangunan bertajuk Mega Build East Indonesia di Grand City Convex, Surabaya, menargetkan transaksi senilai Rp 150 miliar. Pameran yang digelar pada 3-8 November 2016 tersebut mengajak kerja sama para pemangku jabatan Provinsi Jatim dan akademisi, yang terdiri dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ikatan Insiyur Indonesia dan Ikatan Desainer Interior Indonesia (IDII).
General Manager Reed Panorama, James Boey mengatakan, target tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan perolehan transaksi pada perhelatan tahun lalu yang mencapai Rp 80 miliar. Menurutnya, Surabaya menjadi pintu utama untuk menghubungkan segala hal ke wilayah Indonesia Timur. Termasuk Megabuild East Indonesia yang membidik pasar mulai Jatim, Bali, Lombok, Makasar, hingga Papua.
“Pameran ini merupakan satu-satunya yang membawa tiga industri dalam satu pameran yakni industri arsitektur, industri desain interior, dan industri bahan bangunan. Serta dalam satu pameran membidik 10 pasar di wilayah Indonesia Timur,” terangnya dalam pembukaan pameran, Kamis (3/11).
Untuk target pengunjung, lanjutnya, diharapkan bisa mencapai 15 ribu pengunjung yang terdiri dari Business to Business (B2B) dan Business to Customer (B2C). Pameran Mega Build East Indonesia ini diikuti oleh 75 peserta stand, dimana sekitar 75 persen perserta berasal dari industri lokal Jawa Timur.
Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf berharap, pameran Mega Build East Indonesia bisa menjadi platform bagi pelaku industri arsitektur, desain interior, dan bahan bangunan untuk memperkenalkan produk dan teknologi terbarunya. Selain itu sebagai ajang bertemunya buyer dan pengusaha industri arsitektur, desain dan bahan bangunan secara langsung, sehingga bisa menambah networkingnya. “Semoga pameran bisa menjadi agenda rutin tahunan yang diadakan di Jatim, dengan tujuan untuk memperkuat dunia arsitek, desain, dan bahan bangunan di Jatim,” harapnya.
Gus Ipul, sapaan akrabnya, juga mengajak arsitek, desainer dan para produsen bahan bangunan untuk terus meningkatkan kualitas dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sebab arsitektur, desain dan bahan bangunan merupakan satu kesatuan, sehingga dengan kerjasama yang baik akan dihasilkan produk berkualitas.
“Saat ini dunia arsitek, desain dan bahan baku baku bangunan mengalami kemajuan utamanya di sisi teknologi. Karenanya kemajuan tersebut merupakan bentuk realisasi kesiapan tiga bidang tersebut dalam era globalisasi ini,” ungkapnya.
Menurutnya, pemerintah juga terus mempersiapkan berbagai hal dalam menghadapi MEA. Salah satunya dengan mengusahakan tersedianya bahan baku murah dengan mengusulkan beberapa kebijakan kepada pemerintah pusat. Dengan tersedianya bahan baku murah, diharapkan bahan bangunan yang dijual ke masyarakat juga murah dan ramah lingkungan. “Selain itu jangan sampai proses-proses yang terlibat seperti tender atau pengadaan ikut menghambat kreativitas para pelaku usaha arsitektur maupun desain,” jelasnya.