Selasa 01 Nov 2016 03:11 WIB

Musim Tanam di Indramayu tak Serempak

Rep: Lilis Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi
Foto: Antara/Feri Purnama
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Pelaksanaan musim tanam rendeng 2016/2017 di Kabupaten Indramayu tak serentak. Hal itu menyusul adanya petani di sejumlah daerah yang memilih untuk melaksanakan tanam gadu II.

 

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, luas tanam gadu 2016 di Kabupaten Indramayu yang dilakukan sejak April 2016 mencapai 121.573 hektare. Dari jumlah itu, hingga Oktober 2016, luas areal yang sudah panen mencapai 100.283 hektare. Dengan demikian, masih ada tanaman gadu seluas 21.290 hektare yang masih belum panen.

 

Luas tanam gadu itupun masih terus bertambah. Hal itu menyusul adanya peningkatan target tanam gadu yang diberikan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, hingga 200 ribu hektare, yang disampaikannya saat mengunjungi Kabupaten Indramayu beberapa waktu lalu. Diperkirakan, tambahan areal tanaman gadu itu baru akan panen pada Desember 2016 mendatang.

 

Di sisi lain, saat ini sudah ada petani yang melakukan tanam rendeng 2016/2017. Hingga minggu ketiga Oktober, realisasi tanam rendeng 2016/2017 mencapai 934 hektare.

 

‘’Ya jadi ada yang belum panen, ada juga yang sudah mulai tanam,’’ ujar Kasubag Perencanaan dan Evaluasi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Deltani Palupi, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (31/10).

 

Terpisah, Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengakui adanya tanam tak serentak yang dilakukan petani di sejumlah daerah. Hal itu terjadi akibat mundurnya musim hujan pada akhir 2015 lalu.

 

‘’Saat akhir 2015 lalu, daerah yang lebih dulu mendapat pasokan air, tanamnya juga lebih dulu. Sedangkan daerah yang ketika itu kesulitan air, tanamnya jadi belakangan,’’ terang Sutatang.

 

Sutatang menyebutkan, petani di sejumlah daerah yang melakukan tanam gadu 2016 lebih awal, memilih melakukan tanam gadu II atau tanam ketiga. Seperti misalnya di Kecamatan Bangodua, Tukdana dan Sukagumiwang. Hal itu dipicu banyaknya air sepanjang 2016 ini akibat pengaruh fenomena La Nina.

 

Namun, adapula petani yang baru melakukan tanam saat musim hujan sudah tiba pada Oktober ini. Tak hanya itu, ada juga sejumlah petani yang hingga kini belum tanam karena menunggu pelaksanaan tradisi adat musim tanam di desanya masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement