REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada hari ini, Senin (31/10), bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp 13.035 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.045 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan dolar AS mengalami tekanan terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah di awal perdagangan sesi Asia menyusul kembali dibukanya kasus surat elektronik Capres AS Hillary Clinton.
"Menurunnya dolar AS mencerminkan kecemasan pasar akan ketidakpastian yang terjadi jelang Pemilu Presiden Amerika Serikat akibat dibukanya kembali kasus tersebut yang kemungkinan terpengaruhnya persepsi warga AS terhadap Hillary Clinton yang saat ini masih lebih diunggulkan," katanya di Jakarta, Senin (31/10).
Ia mengemukakan bahwa Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) akan melakukan langkah-langkah penyelidikan untuk mencari tahu apakah surel tersebut berisi rahasia negara atau tidak. Kendati demikian, lanjut dia, data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada Kuartal III yang dirilis sebesar 2,9 persen, atau tertinggi sejak dua tahun terakhir telah memperkuat probabilitas kenaikan suku bunga pada bulan Desember sehingga depresiasi dolar AS cenderung tipis.
"Data yang lebih baik meningkatkan probabilitas kenaikan suku bunga AS, dan dapat menjadi sentimen positif bagi dolar AS," katanya.