Kamis 27 Oct 2016 13:19 WIB

Peningkatan Investasi tak Diikuti Naiknya Penyerapan Tenaga Kerja

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Aturan Penanaman Modal Internasional: Para investor melakukan pengurusan perijinan usaha pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Selasa (19/5).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Aturan Penanaman Modal Internasional: Para investor melakukan pengurusan perijinan usaha pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Selasa (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan investasi di dalam negeri bukan hanya semata-mata untuk meningkatkan pendapatan dan perputaran uang. Namun dampak dari investasi tersebut diharapkan adanya penyerapan tenaga kerja baru yang bisa mengentaskan pengangguran. Namun, dari data Badan Koordinasi Penanaman‎ Modal (BKPM) nilai investasi yang meningkat di kuartal III 2016, justru tidak diikuti dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Deputi Bidang Pengendalian dan Penanaman BKPM Azhar Lubis mengatakan, penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada kuartal III 2016 mencapai 278.132 orang. Angka itu terdiri dari penyerapan hasil investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) 94.523 orang, dari dari proyek penanaman modal asing (PMA) sebanyak 183.609 orang.

Meski penyerapannya masih besar, tapi jumlah ini masih kalah dibandingkan penyerapan tenaga kerja pada kuartal II 2016. Dalam tiga bulan kedua, tenaga kerja yang bisa diserap mencapai 354.739 orang. Padahal pada kuartal III terdapat investasi mencapai Rp 155,3 triliun atau naik dari kuartal sebelumnya di angka Rp 151,6 triliun.

"Memang trennya pada kuartal III ada penurunan. Ini karena banyak investor yang mulai melakukan investasi di padat modal. Tidak lagi ke padat karya," ujar Azhar, di Jakarta, Kamis (27/10).

Azhar menjelaskan, peralihan industri padat karya ke padat modal memang sudah terlihat dari beberapa tahun terakhir. Perbandingan investasi di sektor primer seperti perkebunan, pertaninan, pakaian dan alas kaki. Sedangkan sektor sekunder yang lebih banyak ke sektor manufaktur serta pengolahan semakin tinggi.

Selama sembilan bulan pertama 2016, investasi di industri primer mencapai Rp 60,4 triliun. Jumlah itu berbading jauh dengan industri sekunder yang mencapai Rp 255,5 triliun‎. Sementara pada 2015, investasi industri primer mencapai Rp 95 triliun, dan industri sekunder mencapai Rp 236 triliun.

Namun Azhar yakin penyerapan tenaga kerja di kuartal IV masih akan banyak, ditunjang dengan perbaikan iklim ekonomi nasional dan global. Selain itu peralihan investasi ke sejumlah sektor seperti pariwisata pun akan menyerap cukup banyak tenaga kerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement