REPUBLIKA.CO.ID, ENTIKONG – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman tiba tepat waktu di areal persawahan di Dusun Gunung Senyang, Desa Semanget, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat pada Sabtu (22/10) pagi. Meski perjalanan dari tempat ia menginap di Ngabang, Kabupaten Landak ke Entikong memakan waktu hingga tiga jam perjalanan.
Ia sempat menyapa warga Entikong yang telah menunggunya untuk menanam padi hazton dalam salah satu rangkaian kunjungan kerjanya. Begitu tiba di areal persawahan, ia melepas sepatu dan kaos kaki serta menggulung lengan panjang kemeja putihnya. Tanpa malu-malu ia turun ke areal tanah berlumpur dan menggenggam benih padi untuk ditanam.
Tak hanya Amran, jajaran pejabat dari anggota Komisi IV DPR, Daniel Johan, Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis MH, Kasdam XII Tanjungpura Brigjen TNI Achmad Supriyadi dan pejabat setempat lainnya ikut turun untuk menanam benih padi.
Mereka pun berlomba untuk yang paling cepat dalam menanam benih padi. Amran dengan gesit menyelesaikan menanam padi paling cepat di antara pejabat yang lain. Beberapa cipratan lumpur yang mengotori kemeja putihnya juga diabaikannya.
“Saya sudah biasa nanem sambil berlumpur begini,” seloroh Amran sambil tertawa kepada para wartawan usai menanam benih padi.
Dengan semangat, Amran memaparkan bahwa Kalimantan memiliki potensi yang luar biasa di bidang pertanian. Misalnya di daerah Entikong, Kalbar yang berbatasan langsung dengan Malaysia melalui jalur darat.
Ia menjelaskan mengapa pemerintah memperhatikan daerah perbatasan dan pangan karena hal itu sudah sesuai sembilan tujuan (Nawacita) Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Maka pemerintah membangun dari pinggiran yaitu dari daerah perbatasan. Salah satunya dengan membangun lumbung pangan di daerah perbatasan.
Menurutnya dengan adanya lumbung pangan di daerah perbatasan, tidak hanya memiliki lahan yang sangat luas tetapi juga dapat berproduksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan bisa ekspor ke negara tetangga.
Ia juga memberikan apresiasi untuk Kalbar yang saat ini sudah surplus beras sebesar 300 ribu ton dan memenuhi kebutuhan beras dalam negeri sehingga sudah layak melakukan ekspor ke Negeri Jiran Malaysia.
Ia mendapatkan informasi sudah adanya ekspor beras secara tradisional dari Kalbar ke Malaysia sebanyak 100 ribu ton tahun ini, meski sangat disayangkan nilai ekspor ini belum dilakukan pencatatan secara resmi.
"Kalbar khususnya daerah Entikong mau ekspor beras itu dekat. Lempar saja sudah ekspor. Berbeda dengan negara lainnya untuk ekspor ke Malaysia butuh waktu," ujarnya.