REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar-bank di Jakarta pada Jumat (21/10) bergerak melemah sebesar 47 poin menjadi Rp 13.000, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.953 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS kembali menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia setelah harga minyak mentah dunia melemah, kondisi itu menekan permintaan untuk mata uang terkait komoditas seperti rupiah. "Penurunan itu meredupkan daya tarik mata uang komoditas," ucapnya di Jakarta, Jumat (21/10).
Di sisi lain, ia menambahkan bahwa data penjualan rumah existing home di Amerika Serkat yang naik sebesar 3,2 persen di bulan September menjadi 5,47 juta unit dari 5,30 juta unit pada bulan sebelumnya turut menopang mata uang dolar AS.
Selain itu, lanjut dia, data klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat diperkirakan masih berada di bawah 300 ribu klaim, kondisi itu juga disikapi positif oleh investor di pasar uang.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa di luar perkiraan konsensus, Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan (BI 7 day repo rate) sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen akan menjaga fluktuasi rupiah untuk tidak tertekan lebih dalam.
Fokus selanjutnya, ia menambahkan bahwa pelaku pasar akan kembali tertuju pada pembahasan RAPBN 2017 serta pencapaian amnesti pajak periode kedua serta data inflasi Oktober 2016. "Fluktuasi mata uang rupiah masih berpeluang terjaga," tuturnya.