REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (20/10), bergerak menguat sebesar 45 poin menjadi Rp 12.988 dari posisi Rp 13.033 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa mata uang rupiah terus menguat terhadap dolar AS bersamaan dengan kurs di kawasan Asia sejalan dengan berkurangnya sentimen negatif di pasar global.
"Keunggulan Hillary Clinton dalam Debat Calon Presiden Amerika Serikat menjadi salah satu faktor yang mendorong penguatan kurs di kawasan Asia," katanya.
Ia menambahkan bahwa harga komoditas, seperti minyak mentah dunia, yang stabil di level 50 dolar AS per barel juga turut menjaga mata uang rupiah. Harga minyak jenis WTI crude berada di level 51,42 dolar AS per barel dan brent crude di posisi 52,58 dolar AS per barel. Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah relatif terbatas di tengah fokus pasar juga terbagi oleh hasil kebijakan dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang sedianya akan diumumkan pada Kamis.
Di sisi lain, kata dia, hasil pertemuan bank sentral Eropa (ECB) juga ditunggu hasilnya malam nanti. Walaupun suku bunga berpeluang tetap, kejelasan mengenai program pembelian aset menjadi yang paling ditunggu pelaku pasar. Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova mengatakan bahwa faktor ambil untung terhadap dolar AS masih menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang domestik. "Penguatan dolar AS dalam beberapa hari terakhir ini kembali dijadikan kesempatan oleh pelaku pasar uang untuk merealisasikan keuntungannya," katanya.