Jumat 14 Oct 2016 03:02 WIB

Infrastruktur Target Penyaluran Kredit BNI

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
 Pekerja sedang menyelesaikan pembangunan infrastruktur di Jakarta, Senin (11/4). (Republika/ Tahta Aidilla )
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pekerja sedang menyelesaikan pembangunan infrastruktur di Jakarta, Senin (11/4). (Republika/ Tahta Aidilla )

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk hingga Kuartal III 2016 mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 372,02 triliun atau meningkat 21,1 persen dibandingkan Kuartal III 2015. Kendati menunjukkan pertumbuhan jauh lebih tinggi di atas rata-rata industri yang 7,6 persen per Agustus 2016, perseroan hanya menargetkan penyaluran kredit tumbuh di bawah 21 persen.

Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni menjelaskan, pihaknya menargetkan penyaluran kredit untuk sektor infrastruktur serta optimalisasi jaringan. Pada periode sebelumnya, BNI menerapkan sentralisasi dalam menyalurkan kredit dengan pembentukan sentra-sentra kredit.

Jumlah sentra-sentra tersebut, kata Baiquni, terbatas dibandingkan potensi pasar yang ada. Sehingga cukup banyak daerah-daerah yang potensi kreditnya cukup tinggi namun tidak terjangkau.

"Maka kebijakan kami menambah sentra-sentra kredit di daerah-daerah potensi yang belum ada. Kalau saat ini tumbuhnya 21 persen. Sampai akhir tahun kita perkirakan lebih kecil dari 21 persen," ujar Baiquni pada paparan Kinerja Kuartal III 2016 di Kantor Pusat BNI 46.

Menurut Baiquni, hal ini terjadi karena pertumbuhan kredit perseroan pada Kuartal IV 2015 lalu sangat tinggi yakni sebesar Rp 326,1 triliun, atau tumbuh 17,5 persen. Sedangkan hingga Oktober tahun ini, pertumbuhan kredit BNI tumbuh lebih kecil dari kuartal tahun sebelumnya.

"Kita perkirakan pertumbuhan kredit sampai akhir tahun sekitar 16-17 persen. Karena di oktober tahun lalu cukup tinggi, tahun ini sampai Oktober 14 persen," jelas Baiquni.

Menurut Baiquni, yang membatasi pertumbuhan kredit adalah likuiditas, karena perseroan lebih fokus pada meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk dana murah. Sehingga, ini membatasi pertumbuhan kredit.

Padahal, kalau dari sisi permintaan, kredit terbilang cukup tinggi lantaran banyak pengusaha yang ambil alih atau ekspansi usaha. "Ini sinyal bahwa ekonomi sudah mulai bergerak. Perekonomian sudah mulai bergerak ke pertumbuhan yang cukup tinggi," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement