REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur meluncurkan program inkubator bisnis pesantren berbasis syariah yang bertempat di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Selasa (11/10). Program ini diikuti oleh 17 Pondok Pesantren se-Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Bank Indonesia Jawa Timur bersama Pimpinan Pondok Pesantren Sunan Drajat KH Abdul Ghofur, Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid, dan Pimpinan Pondok Pesantren Bahrul Ulum KH Hasib Wahab Hasbullah menandatangani pokok-pokok kesepakatan tentang Program Inkubator Bisnis Pesantren Berbasis Syariah. Pokok-pokok kesepakatan ini bertujuan memperkuat koordinasi, komunikasi dan sinergisitas dalam melaksanakan program inkubator bisnis pesantren berbasis syariah, serta mendukung adanya peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan motivasi para santri, alumni dan masyarakat, baik yang berada lingkungan pondok pesantren maupun masyarakat umum, dalam berwirausaha.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Benny Siswanto, mengatakan, program inkubator bisnis merupakan salah satu upaya nyata untuk merealisasikan potensi bisnis pesantren sehingga implementasi ekonomi syariah dapat diterapkan masyarakat Jawa Timur. Inkubator bisnis merupakan tempat yang secara khusus ditujukan untuk mendukung kelahiran hingga pengembangan bisnis baru melalui serangkaian bimbingan, pelatihan, jaringan profesional, dan bantuan dalam mengelola sekaligus memfasilitasi perolehan sumber keuangan.
"Besarnya potensi kapasitas perekonomian yang dimiliki oleh pondok pesantren melalui kepemilikan tanah yang luas dan produktif, berkembangnya teknologi, serta banyaknya jumlah santri mendorong kapabilitas pesantren untuk mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Namun, hingga saat ini masih banyak pondok pesantren yang belum sepenuhnya menyadari adanya potensi ekonomi yang dapat dioptimalkan," kata Benny dalam siaran pers, Selasa (11/10).
Benny menjelaskan, program ini dirancang oleh Bank Indonesia Jawa Timur yang secara tematik dengan mengambil tiga tema, di antaranya keuangan mikro syariah, agrobisnis, dan perdagangan/jasa. Ketiga tema ini diharapkan dapat mewakili sebagian besar dari potensi yang dimiliki oleh pondok pesantren. "Program akan berlangsung selama tiga tahun, yang dilaksanakan bersama dengan tim pendamping yang berasal dari Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)," ujarnya.
Menurutnya, Bank Indonesia bersama 17 pondok pesantren berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi dan keungan syariah khususnya di Jawa timur. Hasil kajian yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan, dari 17 pondok pesantren mitra strategis pengembangan ekonomi syariah, enam di antaranya (35,29 persen) dinilai sudah memiliki bisnis yang baik dengan aset yang besar.
Oleh karena itu, dalam peluncuran inkubator bisnis, terdapat tiga pondok pesantren yang menjadi pilot project yakni Pondok Pesantren Bahrul Ulum dengan tema Keuangan Mikro Syariah, Pondok Pesantren Sunan Drajat dengan tema Agrobisnis, dan Pondok Pesantren Tebu Ireng dengan tema Perdagangan/Jasa.
"Bank Indonesia Jawa Timur mengharapkan program inkubator bisnis pesantren di Jawa Timur dapat terlaksana secara optimal dan sukses, sehingga dapat direplikasi pada pondok pesantren lainnya," ujarnya.