REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (4/10) sore bergerak menguat sebesar 25 poin menjadi Rp 12.958, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.983 per dolar AS.
"Faktor internal mengenai program amnesti pajak masih menjadi salah satu sentimen yang menjaga rupiah untuk kembali terapresiasi terhadap dolar AS," ujar analis pasar uang Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di Jakarta, Selasa (4/10).
Lukman Leong mengatakan program amnesti pajak periode pertama yang terbilang cukup sukses menjadi salah satu faktor mata uang domestik menguat. Program itu cukup menjaga harapan pasar bahwa perekonomian domestik ke depan masih terus tumbuh. "Uang yang masuk dalam program amnesti pajak akan membantu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih baik yang akhirnya dapat terasa pada pertumbuhan ekonomi," katanya.
Di sisi lain, kata dia, bank sentral Amerika Serikat yang belum menaikan suku bunga acuannya dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada September lalu juga mempengaruhi mata uang berisiko terapresiasi, seperti rupiah. Kendati demikian, ia mengharapkan Bank Indonesia agar melakukan intervensi agar rupiah tidak menguat terlalu signifikan karena dapat berdampak negatif bagi neraca ekspor-impor Indonesia.
Sementara itu,pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menambahkan bahwa secara fundamental, rupiah masih dalam tren penguatan di tengah data-data ekonomi yang telah dirilis cukup positif. "Sejumlah program yang telah diluncurkan pemerintah cukup berdampak positif bagi perekonomian domestik," kata Rully.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 12.988 dibandingkan hari sebelumnya (3/10) Rp 13.010.